Akademisi IPB University Jelaskan Budidaya Porang Sebagai Alternatif Usaha Tani dan Upaya Optimasi Lahan

Akademisi IPB University Jelaskan Budidaya Porang Sebagai Alternatif Usaha Tani dan Upaya Optimasi Lahan

akademisi-ipb-university-jelaskan-budidaya-porang-sebagai-alternatif-usaha-tani-dan-upaya-optimasi-lahan-news
Riset

Masyarakat desa, terutama pemuda, perlu didorong untuk lebih giat dan efektif dalam melakukan usaha budidaya tanam pangan, perkebunan dan lainnya. Masyarakat desa yang mayoritas adalah petani perlu diberdayakan dari tahap awal hingga pasca panen untuk peningkatan nilai ekonomi desa.

Misrudin, Dosen sekaligus Koordinator Departemen Sosial Himpunan Alumni (HA) Program Pascasarjana Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) IPB University merekomendasikan budidaya tanaman porang sebagai upaya optimasi lahan untuk nilai tambah ekonomi pedesaan.
Ia menjelaskan, porang dapat dijadikan sebagai salah satu jenis tanaman alternatif sumber pangan. Hal ini karena umbi porang mempunyai nilai kandungan gizi yang cukup tinggi, yaitu kandungan pati sebanyak 76,5 persen, protein 9,20 persen, dan kandungan serat 25 persen. Porang ini juga rendah lemak, kandungannya hanya 0,20 persen.

“Syarat tumbuh tanaman porang umumnya dapat tumbuh di mana saja. tetapi, pertumbuhannya akan lebih optimal bila ditanam pada keadaan iklim, tanah dan lingkungan yang ideal,” ujarnya dalam Bimbingan Teknis dan Sosialisasi Propaktani berjudul ‘Usaha Tani yang Menguntungkan’ hasil kerjasama antara Ecologica PSL IPB University dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian RI secara daring (14/03).

“Teknologi budidaya porang di lahan ternau misalnya, dapat menunjang pertumbuhan yang baik. Lahan yang digunakan antara lain terletak di bawah tegakan tanaman hutan dan penyiapan lahan akhir musim kemarau untuk menghasilkan lingkungan tumbuh yang ideal,” lanjutnya.  Menurutnya, bahan tanam porang dapat dipilih dari varietas unggul atau varietas lain berupa bulbil atau katak, umbi, biji, atau hasil kultur jaringan. Jarak penanamannya, ia menjelaskan, bergantung pada bahan tanam yang digunakan. Pupuk yang digunakan juga beragam, bisa dengan dolomit, pupuk nitrogen, atau pupuk kandang.

“Penyakit utama tanaman porang adalah penyakit busuk pangkal batang yang disebabkan oleh jamur Sclerotium rolfsii dan bercak daun Cercospora sp. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara terpadu dengan mengintegrasikan pengendalian mekanis, pemanfaatan pestisida nabati dan musuh alami,” tuturnya.

Selain di lahan ternau, imbuhnya, porang juga dapat dibudidaya di lahan terbuka. Porang dapat tumbuh optimal pada lahan terbuka dengan ketinggian di atas 400 mdpl. Penanaman di bawah ketinggian tersebut membutuhkan modifikasi lingkungan dengan paranet dan ketersediaan air yang memadai karena peka terhadap kekeringan.
Pada kondisi terbuka, katanya, lahan budidaya untuk tanaman porang harus disiapkan pada akhir musim kemarau. Hal ini penting untuk menghasilkan lingkungan tumbuh yang lebih baik dan pertumbuhan optimal.

“Lahan dibersihkan dari rumput dengan cara konvensional dengan sabit atau secara mekanik dengan mesin pemotong rumput. Herbisida hanya digunakan bila kondisi gulma tergolong berat,” pungkasnya. (MW/Zul)