PSP3 IPB University Berdayakan Petani Muda Dogiyai, Papua
Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (PSP3), Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University memberikan program pemberdayaan kepada petani muda Kabupaten Dogiyai, Papua. Program pemberdayaan yang diberikan kepada 12 petani muda ini diawali dengan penyampaian materi terkait pertanian di Kampus IPB.
Kedatangan para petani muda tersebut disambut oleh Rektor IPB University di Kampus IPB Baranangsiang, Bogor pada Sabtu (23/11).
Rektor IPB University, Prof Dr Arif Satria mengaku senang terhadap hadirnya para petani muda dari Papua dalam kegiatan yang berkaitan dengan regenerasi petani. Ia mengakui, generasi petani saat ini sudah semakin tua, tidak hanya dialami oleh Indonesia, tetapi beberapa negara juga mengalami masalah serupa, seperti Jepang dan Amerika.
“Untuk itu penting melakukan regenerasi para petani tua dengan petani muda dengan kualitas yang mempuni. Sehebat apa pun lahannya, jika tidak dengan sumber daya manusia (SDM) yang tidak memadai maka akan sia-sia. Semoga ini bukan yang pertama. IPB University siap men-support dan memberdayakan para petani dengan teknologi terkini,” papar Rektor IPB University.
Rektor IPB University itu menambahkan, model teknologi pertanian sekarang sudah berbeda dengan model pertanian dahulu. Saat ini teknologi yang digunakan sudah lebih maju. Melalui perkembangan teknologi ini, sekarang sudah bisa mengecek kematangan buah dengan smartphone dan aplikasi pupuk dengan bantuan satelit.
Pola-pola pertanian tersebut saat ini sedang dikembangkan di IPB University, sehingga tahun depan model pertanian yang ada di IPB University bisa menjadi contoh bagi para petani di Indonesia.
Kepala PSP3 LPPM IPB University, Dr Ir Sofyan Syaf menyampaikan Kabupaten Dogiyai memiliki potensi pertanian yang luar biasa, terutama komoditas kopi dan hortikultura. Namun, selama ini para petani di Dogiyai terkendala dengan panjangnya rantai pasok atau supply chain dari hulu sampai hilir.
“Para petani muda ini nantinya akan diberikan penguatan kapasitas selama di IPB University. Kita akan menampung apa yang mereka butuhkan, mereka juga akan diajak ke Pangalengan untuk melihat proses pengemasan yang baik di sana,” ungkap Sofyan.
Ia berharap, dengan program yang diberikan ini akan meningkatkan wawasan petani muda supaya produk pertanian yang dihasilkan dapat berorientasi ekspor. Selain itu, mereka juga akan dilatih mengenai standar produk agar produk bisa masuk pasar ekspor.
“Berbagai persyaratan standar harus dipenuhi, pemahaman-pemahaman inilah yang akan diberikan kepada para petani muda. Harapannya produk yang dihasilkan nanti dapat menjadi komoditas unggul di Papua,” imbuhnya.
Sofyan menambahkan, para petani muda perwakilan dari masing-masing desa di Dogiyai ini dapat menjadi pionir sekaligus agen perubahan dan mampu mengajak para petani muda desa lainnya supaya melakukan hal yang sama yaitu memajukan pertanian desanya.
Robert M Sianipar dari Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) yang hadir dalam acara menyampaikan bahwa peran Kadin dalam kegiatan ini salah satunya adalah membangun kapasitas SDM petani supaya bisa mengembangkan bisnis yang lebih luas. Peran lainnya adalah membantu masyarakat dalam memenuhi persyaratan ekspor, pengajuan izin BPOM maupun sertifikasi halal.
“Petani harus bisa berpikir bisnis, karena bisnis itu ada hitungannya sehingga apabila ada bantuan permodalan dari pemerintah, petani dapat mencatat dan menghitung dengan baik sehingga bisa menggunakannya dengan tepat. Peran Kadin lebih kepada peningkatan pengetahuan bisnis bagi para petani,” papar Robert.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Dogiyai, Papua, Emmanuel Dogomo, mengucapkan terimakasih kepada IPB University dan Kadin perihal kerjasama dalam pengembangan petani muda di daerahnya.
“Kami berharap, setelah pembekalan selesai, kami bisa menghasilkan produk dengan kualitas ekspor,” ucapnya. (Dh/RA)
Keyword: IPB University, Rektor IPB, petani muda, petani milenial