Aplikasi AIMS untuk Atasi Logam Berat Karya Karya Mahasiswa IPB University Ini Raih Juara 2 Kompetisi Nasional

Aplikasi AIMS untuk Atasi Logam Berat Karya Karya Mahasiswa IPB University Ini Raih Juara 2 Kompetisi Nasional

aplikasi-aims-untuk-atasi-logam-berat-karya-karya-mahasiswa-ipb-university-ini-raih-juara-2-kompetisi-nasional-news
Prestasi

Bahaya pangan yang mengancam kesehatan masyarakat salah satunya disebabkan oleh kandungan logam berat pada pangan tersebut. Pencemaran logam berat di lahan pertanian selain merusak lingkungan juga merugikan berbagai pihak, tak hanya petani, namun juga pemerintah dan masyarakat. Pencemaran logam di lahan pertanian ini rata-rata bukan hanya karena aktivitas industri melainkan juga akibat sistem pertanian intensif (pemberian pupuk anorganik dan pestisida) yang berlebihan dan dibiasakan oleh petani sejak era revolusi hijau di era Orde Baru.

Hal ini mendorong tiga mahasiswa IPB University, Program Studi Manajemen Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian (Faperta) yaitu Muhammad Anggi Imaduddin, Agung Nurfaizi, dan Afidya Pramesti untuk menggagas aplikasi yang berjudul “AIMS” (Agricultural Input Management System).

“Aplikasi AIMS ini dapat mengatasi pencemaran logam berat di lahan pertanian terutama akibat pertanian intensif. Aplikasi ini bekerja dengan mengumpulkan data analisis tanah pada lahan pertanian yang selanjutnya dibandingkan data kandungan logam dengan ambang batas lingkungan untuk mendeteksi pencemaran logam. Semua data disimpan dalam GIS (peta digital), lalu dibuat databasenya dan dihubungkan ke aplikasi AIMS,” terang Imad sebagai Ketua Tim.

Agung juga ikut menjelaskan bahwa setelah data terkumpul, aplikasi ini akan memberikan rekomendasi pada tanah-tanah yang tercemar melalui rekomendasi preventif dan represif. Rekomendasi preventif berupa pencegahan dengan efisiensi pengaplikasian pupuk dan pestisida melalui metode-metode perhitungan yang tepat (seperti rekomendasi pupuk site spesific) agar tidak terjadi pemberian input yang berlebihan.

“Sedangkan secara represif (yang telah tercemar) diberikan rekomendasi pemberian fitoremediasi, bioremediasi (mikroorganisme) dan bahan organik. Semua rekomendasi yang diberikan tentu mengikuti kajian lingkungan dan kesesuaian lahannya, sehingga tepat dan akurat,” tambahnya.

Melalui gagasan aplikasi tersebut, Imad bersama dengan rekan-rekannya berhasil meraih Juara 2 dalam kompetisi Lomba Karya Tulis Imiah (LKTI) SCIENTIST tingkat Nasional yang dilaksanakan di Universitas Negeri Jember, September lalu.

Imad dan rekan-rekannya berharap aplikasi AIMS ini dapat dikembangkan dan dapat menjadi solusi dalam mengatasi pencemaran logam berat di lahan pertanian melalui manajemen input lahan yang efisien dan tepat.

“Kami berharap agar ke depannya informasi dan seluruh data mengenai pencemaran lahan pertanian dapat terkumpul dan mudah diakses serta dapat diatasi masalahnya melalui sistem rekomendasi dalam aplikasi ini. Karena aplikasi ini bukan hanya ditujukan untuk pemilik lahan (petani) serta pendamping (penyuluh), melainkan dapat digunakan untuk instansi-instansi pemerintah seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Kementerian Pertanian dalam memudahkan pendataan lingkungan, memberikan kebijakan serta pengawasan lingkungan yang tercemar logam berat,” tutup Imad. (SHM/Zul)