Lutvi Abdullah, Penemu Snack Bar dari Bulu Ayam untuk Penderita Leukimia

Lutvi Abdullah, Penemu Snack Bar dari Bulu Ayam untuk Penderita Leukimia

lutvi-abdullah-penemu-snack-bar-dari-bulu-ayam-untuk-penderita-leukimia-news
Prestasi

Prestatif dan inspiratif, kedua kata tersebut rasanya sangat pas menggambarkan seorang Lutvi Abdullah. Sosok yang akrab dipanggil Upi ini merupakan mahasiswa program studi Analisis Kimia Sekolah Vokasi (SV) IPB University angkatan 53.

Rekam jejak prestasi Upi sudah tidak diragukan lagi, Ia kerap dianugerahi gelar juara dalam kompetisi riset skala internasional sejak tahun 2016 silam. Sebagai mahasiswa di kampus pertanian yang sadar penuh akan potensi pertanian, Upi berhasil memadukan pertanian, farmasi dan hasrat penelitian ke dalam satu mahakarya. Tidak berlebihan rasanya jika ia dijuluki sebagai The Great of Researcher oleh orang-orang di sekelilingnya.

Beberapa contoh prestasi Upi di skala internasional antara lain Best Research on International Science Pharmacy University of Malaya 2017, Best Oral Presentation on International Conference Medical of Human NTU Singapore 2017, Awardee Best Researcher Chulalongkorn University Thailand 2017, Honorable Mention, Best Oral Presentation, and Best Research (Triple Achievement) on International Conference Food and Agricultural Security University of Malaya 2018, serta Best Research Award dan Most Diplomatic Award on International Microbiology and Medical Disease (IMMDE) NUS 2019.

Menurutnya yang paling berkesan diantara semuanya adalah ajang IMMDE 2019 di NUS, Singapura. Pada ajang tersebut, Upi membawakan hasil penelitiannya dalam bentuk inovasi produk yaitu HERBA (Chicken Feather of Snack Bar), sebuah snack bar yang dibuat dari bulu ayam untuk penderita leukemia. Kandungan quercetin, protein, dan vitamin yang terkandung dalam formulasi snack bar tersebut diklaim mampu memperpanjang harapan hidup penderita leukemia.

“Atmosfer kompetisi IMMDE 2019 di NUS, Singapura benar-benar terasa. Pesertanya tidak hanya mahasiswa S1 melainkan ada juga mahasiswa S2 yang berasal dari kampus yang terkenal akan risetnya seperti Cambridge University dan Seoul National University,” ujarnya.

Selain segudang prestasi, hal menarik lain yang terdapat dalam pribadi Upi adalah perjuangan dan tekadnya yang kuat. Semua yang diraihnya saat ini bukanlah sesuatu yang didapatkan dengan mulus.

“Saya berasal dari keluarga broken home. Dahulu saya nakal sekali sehingga ayah selalu mendidik dengan tegas agar saya bisa mandiri dan tidak menjadi pribadi yang lemah. Karena saya terlahir sebagai difabel, awalnya banyak orang sekitar yang memandang saya sebelah mata. Akan tetapi, saya akhirnya menyadari bahwa justru hal itu yang membuat saya terus berjuang dan berkarya sesuai minat dan bakat saya. Intinya jangan menyerah dan tetap semangat, karena hidup ini diciptakan untuk dinikmati. Jangan lupa jadi versi terbaik dari diri kita dan jangan berhenti untuk berkarya,” tutur Upi.

Kini mahasiswa SV IPB University ini sedang menjalani Research Program Specialist dari salah satu universitas ternama di Singapura. Program ini ditempuhnya sebagai upaya untuk meraih gelar sarjana. (**/Zul)