Mahasiswa IPB University Gagas Investani, Aplikasi Permodalan Tanpa Bunga untuk Petani

Mahasiswa IPB University Gagas Investani, Aplikasi Permodalan Tanpa Bunga untuk Petani

mahasiswa-ipb-university-gagas-investani-aplikasi-permodalan-tanpa-bunga-untuk-petani-news
Riset

Sekelompok mahasiswa IPB University melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Gagasan Futuristik Konstruktif (PKM-GFK) ciptakan aplikasi Investani. Sebuah web yang dapat membantu mencarikan alternatif sumber pendanaan bebas bunga bagi petani.

Tim yang terdiri dari Ardian Pribadi Widyanta, Yoga Rivaldi dan Sekar Dhamayanti ini mempertemukan petani dengan pemodal maupun pasar. Selain membantu dalam permodalan, peminjaman dana di Investani juga bisa mengikuti periode masa tanam.

“Bagi investor, Investani diharapkan mampu menjadi alternatif instrument investasi yang menguntungkan. Investasi dapat dilakukan mulai dari seratus ribu rupiah sehingga masyarakat yang baru belajar berinvestasi pun dapat menggunakannya dan membantu petani,” ujar Ardian selaku Ketua Tim.
 
Menurutnya Investani mempermudah pertemuan investor dengan petani serta petani dengan pasar secara fleksibel karena dapat diakses dimanapun melalui website. Ada dua program yang dihadirkan di Investani yaitu Investasi Pertanian dan Listing. 

Investani ini tercipta karena sulitnya akses media permodalan untuk petani yang disediakan oleh pemerintah maupun swasta. Padahal sektor pertanian memegang peran penting dalam perkembangan perekonomian dan pembangunan di Indonesia. Seperti program alternatif pendanaan Kredit Usaha Rakyat (KUR), program ini dirasa tidak sesuai dengan kebutuhan petani karena sistem pinjaman Kredit Usaha Tani (KUR) menetapkan sistem bunga yang harus dibayar setiap bulannya, padahal mayoritas komoditas pertanian tidak dapat dipanen dalam kurun waktu satu bulan. 

Selain itu, petani juga membutuhkan kestabilan permintaan dan harga. Kedua hal tersebut dapat dicapai dengan sistem kontrak atau future market antara petani dan konsumen besar seperti pedagang besar dan retailer. Namun, konsumen besar hanya bersedia membeli produk berkontinuitas baik agar konsumen besar memiliki kepastian suplai komoditas pertanian.
 
“Melihat persoalan tersebut, Investani hadir untuk membantu petani mikro dan kecil dalam meningkatkan kesejahteraannya. Kami menggunakan sistem crowdfunding jenis reward based, bagi hasil. Crowdfunding adalah sistem pendanaan yang memungkinkan sebuah projek pertanian didanai oleh lebih dari satu investor dengan memberikan timbal balik kepada pendana dengan besaran, periode waktu dan cara pemberian bagi hasil yang disepakati,” ujarnya.

Program ini diharapkan dapat menjadi alternatif pendanaan dalam usaha tani yang tepat karena tidak menetapkan bunga dan menggunakan metode bagi hasil sesuai dengan besaran dan jangka waktu yang disepakati. Keberlangsungan Investani dapat dijaga dengan adanya transparansi pendanaan dan kerjasama yang saling menguntungkan antara petani, investor, dan manajemen Investani. 

“Investani secara rutin melakukan controlling dan memberikan laporan terhadap proyek pertanian yang didanai kepada Investor. Investani juga memberikan pelatihan dan akses pasar kepada petani jika diperlukan,” tambahnya.
 
Investani telah membantu petani kentang di daerah Magelang dalam mengelola 0,7 hektar lahan pertanian, mendanai petani Edamame di daerah Gadog-Puncak untuk mengelola 0,5 hektar lahan pertanian, dan telah mendanai petani jamur tiram putih di daerah Temanggung untuk membudidayakan 10.000 baglog jamur tiram. 

“Respon positif diperlihatkan petani yang semakin memiliki target dalam menjalankan usaha tani. Bapak Amin, petani jamur di Temanggung berencana menanam 100.000 baglog jamur tiram di tahun 2020 mendatang bersama Investani dengan sistem kemitraan bersama petani di lingkungan tersebut,” imbuhnya. (Awl/Zul)