Perkuat Kaum Perempuan, Mahasiswa IPB University Teliti Fenomena Superhero Women Agripreneur

Perkuat Kaum Perempuan, Mahasiswa IPB University Teliti Fenomena Superhero Women Agripreneur

perkuat-kaum-perempuan-mahasiswa-ipb-university-teliti-fenomena-superhero-women-agripreneur-news
Riset

Kreativitas tidak dapat dibatasi oleh usia dan gender. Hal ini menjadikan tak hanya laki-laki yang pantas menjadi wirausaha, namun para perempuan khususnya kaum ibu pun kini semakin menunjukkan kiprahnya di sektor usaha. Hal ini pula yang melatarbelakangi mahasiswa Program Studi Agribisnis dan Program Studi Ekonomi Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen  IPB University yang tergabung dalam tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian Sosial Humaniora (PKM-PSH) 2019 untuk meneliti ‘Fenomenologi Superhero Women Entrepreneurship Agribisnis Perkotaan di Kota Bogor’.  Tim ini terdiri dari Gentur Ngudiharjo, Pahmi Idris dan Aulia Dina Wahidah ini dibimbing oleh Dr. Yusalina, M.Si.

Gentur, ketua PKM menyampaikan, motif dari para ibu memilih untuk berwirausaha diantaranya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan mendapatkan kebebasan dalam hal ekonomi. Namun, hal ini juga didukung dengan motif sosial yakni dengan memilih untuk berwirausaha di rumah, para ibu merasa lebih dekat dengan keluarga, dapat menjalin hubungan pertemanan dengan wirausahawan lain, membantu orang lain dengan menyediakan lapangan pekerjaan serta meraih eksistensi diri.
“Jenis usaha yang dilakukan oleh para ibu ini meliputi olahan pangan dan sayuran segar dengan modal usaha bervariasi yakni di atas dan di bawah satu juta rupiah. Kegiatan berkebun juga ada yang rutin dan ada yang tidak rutin. Hal ini bergantung dari para ibu ini yang menjadikan usaha pertanian sebagai usaha utama atau hanya usaha sampingan,” tutur Gentur.

Pendapatan yang didapatkan oleh para ibu ini bervariasi, terlebih usaha tani dan kebun yang ditekuni dilakukan secara berkelompok.

Pendapatan yang didapatkan kelompok tani ini berkisar antara 300 ribu hingga 30 juta rupiah per bulan. Hal ini disebabkan latar belakang masing-masing ibu berbeda-beda yakni ada yang fokus bertani sebagai usaha mencari nafkah utama dan lainnya hanya menjadikan bertani sebagai usaha sampingan.

Gentur menambahkan, komoditas hasil pertanian dari kelompok ibu tani ini mayoritas fokus pada tanaman toga. Seluruh wirausahawan perempuan ini memiliki tanaman jahe, sebagai bagian dari program lomba BEJO oleh PT Sidomuncul. Selain tanaman toga, beberapa yang lainnya memiliki tanaman singkong, sayur-sayuran, dan juga buah-buahan. Untuk meningkatkan harga jual produk, para ibu ini juga mengolah hasil panen menjadi keripik pisang, keripik singkong dan serbuk jahe merah.

Selain itu, kelompok ibu tani ini juga rutin merawat kebun yang dilakukan secara berkelompok setiap satu minggu sekali.
“Harapan saya, siapapun perempuan yang di luar sana, khususnya yang memiliki keterbatasan ekonomi keluarga, sangat direkomendasikan menjadi wirausaha. Karena, menjadi wirausaha juga dapat membantu ekonomi keluarga dan mengubah diri menjadi wanita mandiri. Selain itu, menjadi wirausaha tidak hanya sekedar menjalankan usaha saja, tapi juga memiliki manfaat sosial berupa punya banyak teman dan tempat untuk bercengkrama,” tutup Gentur. (FI/ris)