Panen Terancam, Mahasiswa IPB University Gunakan Teknik Tancap Guna Tingkatkan Produksi Kerang

Provinsi Banten dikenal sebagai provinsi yang menjadi salah satu sentra produksi kerang hijau di Indonesia. Hal ini dikarenakan kondisi alam dan lingkungan di Banten yang cocok menghasilkan kerang hijau berkualitas baik. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kota Serang (2016), kontribusi Kecamatan Kasemen terhadap produksi perikanan budidaya di Kota Serang tahun 2014 sebesar 681,93 ton dari budidaya laut.
Tiga mahasiswa dari Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan dan Departemen Budidaya Perairan IPB University menangkap potensi menggiurkan dari hasil laut ini. Tergabung dalam tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian Sosial Humaniora (PKM-PSH), mahasiswa IPB University ini melakukan riset analisis cost benefit and social ecological system budidaya kerang hijau yang berkelanjutan di Kota Serang khususnya di Kecamatan Kasemen. Tim yang terdiri dari Arwa Inas Shafiya, Bangkit Laksono dan Afirsta Yutrisya ini di bawah bimbingan Kastana Sapanli, SPi, M.Si.
Penelitian ini dilatarbelakangi hasil produksi kekerangan sangat dipengaruhi oleh metode produksi yang diterapkan oleh nelayan.
Inas menyampaikan, produksi kekerangan dalam kurun dua tahun terakhir cenderung menurun akibat cuaca buruk. Proses budidaya kerang hijau di daerah Banten dilakukan dengan metode tancap dan rakit. Perbedaan metode budidaya juga berpengaruh terhadap produktivitas kerang hijau, hal ini dikarenakan setiap metode memiliki umur teknis dan daya tahan yang berbeda terhadap perubahan cuaca.
“Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa usaha budidaya kerang hijau dengan metode tancap lebih layak dijalankan secara finansial. Metode tancap ialah metode yang menggunakan kerangka yang dibuat dengan bagian kotaknya di darat, lalu ditancapkan di laut dan dipasangi tali kolektor untuk mengumpulkan benih kerang,” sebut Inas.
Inas menambahkan, berdasarkan data dari Dinas Pertanian Kota Serang, saat ini kerang yang dibudidayakan di daerah Banten hanya kerang hijau saja. Hasil panen yang dihasilkan dijual ke bandar atau tengkulak di Kota Serang dan sekitarnya seperti Jakarta dan Tangerang. Kerang biasanya dijual dalam keadaan mentah dengan kondisi masih menyatu bersama cangkangnya yang sebelumnya telah direbus terlebih dahulu. Selain itu, beberapa warga juga mencoba mengolah kerang menjadi produk kerupuk dan bakso, namun usaha ini belum sampai ke tahap pemasaran dikarenakan keterbatasan bahan baku dan modal produksi.
Rata-rata usaha budidaya kerang hijau yang dilakukan oleh masyarakat pesisir Banten merupakan pendapatan sampingan, hal ini dikarenakan nelayan sehari-harinya hanya fokus untuk melaut. Usaha budidaya kerang ini dapat menunjang penghasilan nelayan yang pendapatannya masih kurang jika hanya mengandalkan hasil tangkapan melaut.
“Rekomendasi yang kami sampaikan terkait budidaya kerang hijau di Kota Serang adalah nelayan lebih baik fokus menggunakan metode tancap. Perlu adanya kajian terhadap penentuan lokasi yang tepat bagi budidaya kerang hijau, mengingat adanya potensi rawan upwelling di laut tempat budidaya, memantau penerapan standar Good Aquaculture Practice (GAP) oleh pemerintah bagi pembudidaya setempat. Pemantauan ini dilakukan terutama dari sisi teknologi, sehingga produksi kerang hijau dapat terus ditingkatkan dan adanya pemberian bantuan disertai pembinaan kepada pembudidaya terkait alat produksi dan pengolahan limbah produksi kerang hijau,” tutup Inas (FI/ris)