Pakar IPB Inovasikan Bibit Ubi Kayu yang Bebas Virus
Salah satu komoditi pangan sumber karbohidrat yang saat ini populer namun belum banyak dikembangkan dengan baik adalah ubi kayu. Indonesia adalah negara penghasil ubi kayu terbesar ketiga di dunia, namun sayangnya Indonesia masih mengimpor ubi kayu. Rendahnya kualitas ubi kayu lokal tentu akan menjatuhkan nilai produk ubi kayu itu sendiri, salah satunya adalah ketika terinfeksi virus maupun bakteri.
Dr. Nurul Khumaida, pakar ubi kayu dari Institut Pertanian Bogor (IPB) menyampaikan bahwa tanaman ubi kayu mudah dibudidayakan oleh petani, karena bahan tanam mudah didapat dan ubi kayu termasuk toleran terhadap lingkungan bercekaman. “Meskipun begitu, kita perlu memaksimalkan potensi hasil ubi kayu melalui teknik-teknik budidaya ubi kayu yang tepat,” tambahnya.
Dr. Nurul Khumaida yang saat ini menjadi dosen di Departemen Agronomi dan Hortikultura sekaligus menjadi Komisaris utama CV. Catalyst Agro Inovasi (CV CAI) bersama dengan usaha yang dirintisnya bersama tim dari IPB menginovasikan cara baru untuk dapat menghasilkan bibit ubi kayu bermutu, bebas hama dan penyakit melalui teknik in vitro.
“Bibit in vitro adalah bibit yang dikembangkan dari salah satu organ tanaman, yang ditanam pada media kultur jaringan. Media kultur jaringan ini terlebih dahulu kami berikan nutrisi atau hara dalam bentuk agar, sesuai dengan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman,” tambahnya.
Berdasarkan penelitiannya, bibit in vitro memiliki beberapa keunggulan salah satunya seperti true to type (sama dengan induknya), bebas dari ancaman virus, tidak terbatas musim, dan mudah untuk ditransportasikan pada wilayah yang jauh.
Adapun jenis bibit yang disediakan antara lain adalah motherplant, stek mini, serta bibit yang sudah siap tanam. Motherplant merupakan bibit indukan yang dapat disubkultur secara in vitro sebagai bahan perbanyakan lagi bagi penangkar, dijual dalam bentuk botolan. Stek mini, bibit eksvitro yang berupa potongan stek mini berukuran pendek, terakhir adalah bibit siap tanam yang dapat ditanam di lahan budidaya.(SHM/Zul)