IPB Global Bee Ajarkan Produksi Madu Tanpa Takut Tersengat Lebah

IPB Global Bee Ajarkan Produksi Madu Tanpa Takut Tersengat Lebah

ipb-global-bee-ajarkan-produksi-madu-tanpa-takut-tersengat-lebah-news
Berita

Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dan Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB) bekerjasama menggelar Pelatihan Budidaya Stingless Bee bagi mahasiswa IPB di Ruang Ulin Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Kampus IPB Dramaga, Bogor (2/2). 

Pelatihan ini menghadirkan IPB Global BEE (Bee, Environment, Ethics), Hadir dalam pelatihan ini, Dr.Ir. Miftahudin M.Si selaku Ketua Departemen Biologi, Dr. Ir. Noor Farikhah Haneda, MS selaku Ketua Departemen Silvikultur dan dua narasumber ahli Dr.Ir. Rika Raffiudin M.Si serta Dr. Drs. Tri Atmowidi, M.Si. dari Departemen Biologi IPB. Selain itu, pelatihan ini juga mengundang narasumber peternak lebah, Nana Suryana.

IPB Global BEE adalah sebuah kelompok peminat Apikultur di antara dosen Departemen Biologi FMIPA IPB dengan Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB. Ide pembentukannya muncul pada saat pertemuan dosen IPB di konferensi ke empat belas Asian Apiculture Association (AAA) di Jakarta. 

“IPB Global BEE merupakan komunikasi bersama antara Departemen Silvikultur, Departemen Biologi, dan Departemen Proteksi Tanaman. Ada juga dosen dari fakultas lain yang tertarik ikut,” ujar Dr. Rika.

“Kami berharap pelatihan ini bisa membuka potensi yang ada pada lebah, terutama stingless bee. Lebah saat ini dikenal sebagai serangga polinator berperanan dalam ecosystem service. Ke depan, semoga bisa ke bidang selain lingkungan, seperti kesehatan,” ujar Dr. Rika.  

Sementara itu, menurut Dr. Tri Atmowidi, lebah tak bersengat tersebar luas di berbagai wilayah di Indonesia. Misalnya lebah teuweul (Sunda), klanceng (Jawa), galo-galo (Sumatera), kelulut (Melayu), dan emmu (Sulawesi).

“Madu bukan merupakan satu-satunya manfaat yang bisa diperoleh dari lebah tak bersengat. Lebah tak bersengat juga dianggap sebagai lebah propolis. Lebah jenis ini bisa menghasilkan propolis sebanyak 5.8 kilogram per tahun. Propolis sendiri merupakan resin yang dikumpulkan oleh lebah untuk membangun sarangnya. Sarang umumnya berada di tempat rongga yang gelap,” ujarnya.

Hal serupa juga dikatakan oleh Nana Suryana. Nana mengatakan bahwa jika lebah tersebut sudah suka di suatu wilayah, maka mereka akan menetap. Pengembangan budidaya lebah tak bersengat hanya memerlukan tempat yang gelap, dekat dengan sumber makanannya (nektar dan polen bunga), dan resin dari pohon bahan dasar propolis. 

“Oleskan saja ‘bahan bangunan’ (istilah yang mengacu kepada propolis) di sarang yang baru, selanjutnya dia akan membangun sarangnya sendiri. Sebenarnya ini mudah, asalkan kita tahu tekniknya,” kata Nana sembari membagikan madu ke peserta pelatihan. (RP/Zul)