Gagas Rumah Ramah Lingkungan, Mahasiswa IPB Raih Juara Satu Build Year 2018

Gagas Rumah Ramah Lingkungan, Mahasiswa IPB Raih Juara Satu Build Year 2018

gagas-rumah-ramah-lingkungan-mahasiswa-ipb-raih-juara-satu-build-year-2018-news
Prestasi

Tiga mahasiswa Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan (SIL) Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) Institut Pertanian Bogor (IPB), Akhmad Nabil Punggawa, Hilman Ridho Rahman, dan Muh. Irham Sahana mengagas Rumah Ramah Lingkungan (Rumangka). Rumangka menawarkan empat sistem ramah lingkungan yaitu sistem green roof, pencahayaan alami, sistem pengolahan air hujan, serta pengolahan limbah domestik.

Gagasan Rumangka, Rumah Ramah Lingkungan Sebagai Solusi Konversi Lahan di Kota Bogor ini telah mengantarkan mereka menjadi Juara I dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional (LKTIN) Build Year 2018, yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Pendidikan Teknik Bangunan (Himapensil) Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) (23-25/11).

“Dalam mengagas Rumangka, kami menerapkan konsep pertanian daerah urban dan mengambil sample Kota Bogor. Sistem green roof ini mengampu pada sistem pertanian urban di atap rumah dengan memanfaatkan rekayasa engineering dan bertemakan Evaporative Cooling. Green roof memiliki delapan lapisan yaitu tanaman, media tanam, membran filter, drainase, membran insulator, membran waterproof dan beton atap,” ujar Irham.

Menggunakan tampungan air hujan, membran insulator digunakan untuk mendinginkan ruangan di bawahnya hingga dapat menurunkan suhu dua derajat pada siang hari dan satu derajat malam hari. “Untuk budidaya tanamannya kami memakai tanaman buncis, karena merupakan tanaman yang tahan cuaca ekstrem,” terang Irham.

Sistem kedua adalah pencahayaan alami. Sistem ini mengarah pada desain rumah. Memanfaatkan bukan rumah yang diperbanyak, sehingga dapat menghemat penggunaan lampu. Lampu yang digunakan Rumangka memakai lampu LED. “Dengan memakai LED bisa menghemat 121 ribu rupiah per bulannya,”ujar Irham.

Sistem ketiga adalah Sistem Pemanenan Air Hujan (SPAH). Penggunaan sistem ini dapat mensubstitusi 48,9 persen penggunaan air untuk kebutuhan rumah. Substitusi air hujan hanya dapat digunakan untuk menyiram kloset, mencuci piring, menyiram tanaman, serta mencuci kendaraan. “Sistem ini dapat menghemat pengeluaran sebesar 28 ribu per bulan,” ujar Irham.

Sistem keempat ialah pengolahan limbah domestik berupa limbah padat dan cair. Limbah cair dibagi menjadi dua tipe yaitu black water dan grey water. Limbah black water merupakan limbah dari kamar mandi yang kemudian pengolahannya menggunakan teknik tank septic dengan sistem biority. Sementara grey water berasal dari air bekas cuci piring dan pakaian yang pengolahannya menggunakan sistem grease trap fiberglass portable. Untuk limbah padat yaitu dengan mengolah kompos dari sampah organik. Pengolahan kompos dapat mengasilkan 340 ribu rupiah per bulan dengan pengomposan 408 kg/tahun.

“Berdasarkan penilaian dan hasil pemeringkatan dengan melihat acuan dari kriteria penilaian Green Building Council Indonesia (GBCI), Rumangka memiliki nilai 44 dan tingkatannya adalah Gold. Ini merupakan hasil yang bagus karena mengingat tingkatan tertinggi dari acuan GBCI adalah premium, gold, silver, dan bronze,” jelas Irham.

Ketika dihubungkan dengan Sustainable Development Goals 2030, Rumangka dapat menjamin pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan serta menjamin ketersediaan pengolahan air dan sanitasi berkelanjutan.

“Terdapat tiga hal yang dapat disimpulkan dari Rumangka, yaitu save land, dengan tetap menjaga lahan pertanian di daerah urban, kemudian save energy berupa pemanenan air hujan dan cahaya alami, serta save life dengan pengolahan sampah terpadu,” tuturnya.(KR/Zul)