Belajar Cupping Kopi Ala Dosen Faperta IPB

Belajar Cupping Kopi Ala Dosen Faperta IPB

belajar-cupping-kopi-ala-dosen-faperta-ipb-news
Berita

Saat ini kopi menjadi tren di masyarakat terutama generasi muda Indonesia.  Mulai dari usaha kopi, penikmat kopi, hingga peracik kopi.

Dosen Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (Faperta IPB) ternyata juga tak ingin kalah dengan tren para pemuda. Untuk itu, Dekan Faperta IPB mengajak para dosen untuk mengikuti cupping kopi. Sedikitnya ada sepuluh dosen Faperta IPB yang mengikuti pelatihan cupping  kopi di Faperta IPB Dramaga. Coffee cupping adalah proses mengobservasi rasa sebelum kopi itu tiba dalam cangkir para penikmat kopi.
“Kita belajar cara membuat kopi yang baik dan benar, sehingga cara minum pun juga benar dan bisa menyehatkan,” tutur Dr. Ir. Suwardi, M.Agr., Dekan Faperta IPB. 

Dr. Suwardi mengatakan dengan belajar meracik kopi ini dapat meningkatkan nilai jual produk kopi itu sendiri. Dr. Suwardi juga berharap dengan adanya pelatihan ini dapat memperkenalkan kopi-kopi di Indonesia kepada tamu-tamu yang datang ke Faperta IPB. 
“Kalau ada tamu dari luar negeri yang datang, kita bisa menyuguhkan kopi khas Indonesia. Sehingga produk kopi ini dapat dikenal luas oleh masyarakat,” tambah Suwardi. 

Pelatihan cupping kopi ini dipandu langsung oleh peracik kopi, Firdaus Alam yang juga merupakan alumni Faperta IPB dan sudah memiliki kedai kopi sendiri. Kegiatan cupping kopi ini dilakukan untuk mengenali cita rasa kopi yang akan disajikan. Karena tidak semua orang bisa, maka perlu dilakukan pelatihan cupping kopi oleh ahlinya terlebih dahulu. 

Penilaian dalam cupping kopi ada empat atribut utama yaitu  fragrance, aroma, sweetness, dan body. Kriteria kopi yang baik adalah memiliki karakter yang kuat di setiap atribut meskipun sudah dicampur dengan bahan tambahan. 

Proses cupping dapat dikatakan mudah. Sebelum kegiatan cupping dimulai, sampel atau kopi yang akan digunakan harus disangrai dan digiling dengan ukuran tertentu terlebih dahulu. Dalam cupping, yang pertama dikenali adalah menghirup wangi kopi bubuk yang belum diseduh. 
Setelahnya, biji kopi yang sudah digiling ditambahkan air dengan perbandingan 1 banding 16. Sebelum dites, kopi didiamkan selama 3-5 menit supaya tidak terlalu panas. Setelah diseduh, kembali dihirup aromanya untuk membandingkan aroma sebelum diseduh dan sesudah diseduh. Aroma yang dihasilkan dari kopi tersebut dapat berupa enzimatik (seperti bunga, buah, rempah), sugar browning/gula panggang (seperti kacang, karamel, cokelat), atau dry distillation/bakaran (karbon, bumbu, obat-obatan). 

Kegiatan selanjutnya adalah acidity atau mengecek tingkat keasaman kopi. Pada kegiatan ini peserta diminta menyingkirkan ampas kopi dari gelas, menyendok kopi, dan menyeruput kopi. Saat kopi menyentuh langit-langit mulut dan tepian bawah lidah peserta akan merasakan keasaman seperti ketika menyantap buah atau menyesap anggur, dengan selintas rasa manis. Kegiatan berikutnya adalah mengetahui cita rasa kopi. Pada kegiatan ini peserta diminta memberi gambaran tentang cita rasa kopi yang sudah disediakan. 

“Proses cupping ini memerlukan ruangan dengan suhu stabil, tertutup, dan tidak banyak lalu lalang orang. Karena kalau di tempat terbuka, akan ada angin yang berhembus sehingga dapat mempengaruhi aroma kopi,” tutur Firdaus. (RA/ris)