Para Ilmuwan Bertemu di IPB, Bahas Nanoteknologi

Indonesia dikaruniai kekayaan sumber daya alam termasuk keragaman hayati terbesar nomor dua di dunia setelah Brazil. Namun, kekayaan alam Indonesia lebih banyak diekspor ke luar negeri dan dijual kembali ke Indonesia dengan harga 10 bahkan 100 kali lipat lebih mahal.
Sumber bahan baku tersebut sebenarnya bisa diolah lebih lanjut untuk menghasilkan produk bernilai jual tinggi, salah satunya dengan menggunakan nanoteknologi.
Hal ini disampaikan oleh Prof. Dr. Nurul Taufiqu Rochman pada acara “Bogor Science Club (BSC) Expo 2018 (Talks, Exhibition, and Competition)” Institut Pertanian Bogor (IPB) di Auditorium Jannes Humuntal Hutasoit (JHH), Fakultas Peternakan, Kampus IPB Dramaga, Bogor (30/10).
Acara ini merupakan kolaborasi antara Bogor Science Club (BSC) IPB, Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I4) dan Nano Center Indonesia, dengan tema “Science and Technopreneur of Nanotechnology”.
Prof. Nurul adalah pendiri Masyarakat Nano Indonesia, Dewan Pembina Yayasan Nano Center Indonesia, serta peneliti utama pusat penelitian Fisika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, LIPI).
Prof. Nurul menyampaikan bahwa nanoteknologi dapat meningkatkan nilai tambah pada sumber daya alam Indonesia. Seperti misalnya nanopartikel kulit manggis, nanopartikel kunyit, nanopartikel kumis kucing, nanopartikel beras untuk kecantikan, dan nanoherbal yang nilai jualnya bisa naik berkali-kali lipat dari bahan baku aslinya.
Selain Prof. Nurul, dalam acara ini hadir narasumber lain yang kompeten dalam bidang nanoteknologi yaitu
Dr.Ing Hutomo Suryo Wasisto (CEO IG (Indonesia-German-Nano); Dr. Ir. Sri Yuliani (peneliti inovasi nanoteknologi Litbang Pertanian); dan Radyum Ikono, B. Eng, M. Eng (COO Nano Center Indonesia).
Sementara Dr.-Ing Hutomo Suryo Wasisto membahas nanoteknologi dari sisi yang berbeda. Dengan latar belakang studi Teknik Elektro ia menjelaskan aplikasi nanoteknologi dalam teknologi informasi seperti nanofabrication dan nanodevices.
Peneliti dari Laboratory for Emerging Nanometrology (LENA), Technische Universitat Braunschweig, Jerman ini juga berbagi informasi cara melanjutkan studi ke Jerman khususnya ke TU Braunschweig.
Dari sisi aplikasi nanoteknologi, Dr. Ir. Sri Yuliani membahas aplikasi nanoteknologi pada bidang pangan dan pertanian. “Saat ini megatrend perilaku konsumen menghendaki produk-produk yang bermutu baik dan juga memberikan kenyamanan bagi penggunanya. Konsumen juga menghendaki produk yang sehat dengan trend natural product, organic, dan less chemicals,” katanya.
Contoh aplikasi nanoteknologi dalam bidang pangan dan pertanian diantaranya pupuk berbasis nano, pengembangan benih (coating), herbisida dan pestisida berbasis nano, fortifikasi pangan, interactive smart food, dan food modification.
Sementara dari sisi technopreneur, Radyum Ikono, M. Eng berbagi pengalaman mengenai nanoteknologi yang diaplikasikan dalam entrepreneurship. “Saya sudah kerjakan ini dari tahun 2012. Saya menyenangi penelitian dan menikmati membaca jurnal, tetapi saya tidak begitu menikmati kehidupan sebagai ilmuwan. Ternyata kita punya opsi lain yaitu menjadi entrepreneur dari hasil riset kita sendiri,” ujarnya.
Menurutnya, bisnis berbasis teknologi ini menarik karena saat ini tidak ada standar harga untuk produk berbasis teknologi dan juga willingness to pay dari masyarakat cukup tinggi untuk produk berbasis teknologi. Saat ini kita butuh lebih banyak lagi entrepreneur yang berbasis teknologi,” tambahnya.
Turut hadir dalam acara yaitu Wakil Dekan Sekolah Pascasarjana IPB, Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, M.Si, Pembina BSC IPB, Prof. Dr. Ir. Nahrowi M.Sc, Wakil Eksternal BSC IPB, JN Rais Al-Haq, dan peserta dari perguruan tinggi di seluruh Indonesia, bahkan ada pula peserta dari Malaysia.
Acara ini juga dimeriahkan dengan pameran produk-produk nanoteknologi, pengumuman pemenang lomba kompetisi poster, dan launching kolaborasi antara BSC IPB dan Nano Center Indonesia. (NIRS/Zul)