Wakil Dekan FEM IPB : Belasan Ribu Koperasi di Indonesia Bubar

Wakil Dekan FEM IPB : Belasan Ribu Koperasi di Indonesia Bubar

wakil-dekan-fem-ipb-belasan-ribu-koperasi-di-indonesia-bubar-news
Berita

Menurunnya minat masyarakat yang terjun di bidang koperasi di era digital kian memprihatinkan. Belasan ribu koperasi yang berdiri di Indonesia,dibubarkan karena sudah tidak aktif lagi. Hal tersebut merupakan bukti nyata terjadinya penurunan eksistensi koperasi di kalangan masyarakat Indonesia. Demikian diungkap Wakil Dekan  Bidang Akademik dan Kemahasiswaan FEM IPB sekaligus pembina Kopma IPB, Dr. Ir. Lukman M. Baga dalam Seminar Nasional Gebyar Koperasi bertema ‘Tantangan Berkoperasi di Era Digital untuk Memajukan Perekonomian Indonesia’ di Kampus IPB Dramaga, Minggu(14/10). Kegiatan ini digelar Koperasi Mahasiswa, Institut Pertanian Bogor (Kopma IPB). Mahasiswa memiliki kewajiban untuk membangkitkan semangat berkoperasi di era digitalisasi 4.0. Penyuluhan ke masyarakat mengenai keuntungan berkoperasi perlu dicanangkan agar masyarakat memahami manfaat berkoperasi. Seminar ini juga bertujuan untuk mencetak kader yang mampu memperkenalkan koperasi ke masyarakat luas.

Banyak hal yang menyebabkan penurunan minat masyarakat dalam berkoperasi. Salah satu penyebabnya adalah rendahnya pengetahuan masyarakat tentang koperasi. Selain itu, munculnya oknum yang hanya memanfaatkan koperasi untuk mendapatkan fasilitas, memperburuk citra koperasi di Indonesia. Berita yang beredar di masyarakat tentang koperasi didominasi sisi negatifnya saja. Padahal banyak sekali keuntungan yang didapatkan ketika menjadi anggota koperasi. Sesuai dengan tujuan utama koperasi yaitu mensejahterakan anggotanya. Koperasi merupakan organisasi ekonomi yang mensejahterakan seluruh lapisan masyarakat yang menjadi anggotanya.

Lebih lanjut, Dr. Ir. Lukman mengatakan bahwa usaha mikro yang beromset Rp 1-3 juta per hari memiliki produktivitas tertinggi dalam koperasi. Usaha mikro memiliki produktivitas yang lebih tinggi dibanding usaha besar, menengah, dan kecil. Hal tersebut menunjukkan bahwa koperasi sangat bersahabat bagi lapisan masyarakat yang berusaha di skala mikro.

Koperasi harus bisa mengikuti perkembangan teknologi. Generasi masa kini sangat erat berhubungan dengan kecanggihan teknologi, sehingga peran koperasi yang dikenal,cenderung konvensional tidak lagi menjadi pusat perhatian generasi masa kini. Maka dari itu, inovasi dalam kehidupan berkoperasi di Indonesia sangat diperlukan.

“Koperasi perlu rebranding agar mampu meningkatkan eksistensinya di era digital. Berbagai bisnis online yang banyak berkembang di Indonesia umumnya hanya mensejahterakan para investor perusahaannya. Hal ini menimbulkan kontra dari para pekerja hariannya yang tidak kunjung sejahtera. Padahal bisnis online tersebut sedang naik daun. Namun, keuntungan terbesar hanya dirasakan oleh investor bisnis tersebut. Sehingga, banyak masyarakat yang menuntut untuk membubarkan bisnis online yang tidak berkeadilan dalam membagikan keuntungan yang berhasil diperoleh,” papar Dr. Lukman.

Co Secretary ICA (International Cooperative Alliance) Asia Pasific Youth Committee and CEO InnoCircle.id, Anis Saadah menawarkan pembaharuan sistem dalam berkoperasi. “Penanganan masalah bisnis online tersebut dapat diatasi dengan menerapkan sistem koperasi dalam membagikan keuntungan pada anggotanya dengan adil. Pembagian keuntungan dapat dibagikan secara berkeadilan sesuai dengan porsi keanggotaannya di dalam koperasi,” kata Anis (AD/ris).