Teliti Monyet Hybrid, Peneliti IPB Raih Penghargaan dari Newton Fund-Kemenristekdikti

Teliti Monyet Hybrid, Peneliti IPB Raih Penghargaan dari Newton Fund-Kemenristekdikti

teliti-monyet-hybrid-peneliti-ipb-raih-penghargaan-dari-newton-fund-kemenristekdikti-news
Prestasi

Prestasi kembali ditorehkan oleh salah satu akademisi Institut Pertanian Bogor (IPB). Dosen Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Dr. Berry Juliandi, menjadi salah satu dari lima penerima Wallacea Grant Award British Council Newton Fund-Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), (11/10).

British Council adalah organisasi pemerintahan Inggris Raya yang mengalokasikan dana penelitian lewat organisasi bernama Newton Fund. Setiap tahun, organisasi ini membuka peluang riset tentang topik-topik yang beragam. Salah satu topik yang ditawarkan pada tahun 2018 mengenai daerah Wallacea. Dr. Berry telah mendaftarkan proyek penelitiannya sejak tahun 2017.

Salah satu yang menarik di daerah Wallacea, menurut Dr. Berry, adalah aktivitas manusia yang semakin meningkat. Perkebunan kelapa sawit dan pembangunan-pembangunan lainnya mempengaruhi kehidupan flora dan fauna khususnya di Pulau Sulawesi. Semakin banyak spesies yang hybrid  menjadi masalah yang semakin dikhawatirkan.

“Ada tujuh spesies monyet di Sulawesi dan semakin banyak ditemukan monyet hybrid. Maksudnya, yang tadinya tidak bertemu dan tidak kawin karena beda spesies, jadi bisa kawin. Lalu keturunannya mandul. Keturunan yang mandul ini, lanjutnya, dapat menuju pada kepunahan suatu spesies,” jelas Dr. Berry.

Dr. Berry sudah menyadari masalah ini sejak tahun 2001 saat menjalani studi program magister dan melakukan penelitian tentang monyet di Sulawesi. Ia menduga bahwa aktivitas manusia menyebabkan tempat tinggal fauna semakin tergeser, sehingga mempertemukan dua spesies dan menyebabkan perkawinan. Untuk itu, Dr. Berry dan tim mengambil data-data hewan, mikroba, tumbuhan dan semua data biodiversitas di Wallacea. Selain itu, data geologi dan iklim selama jutaan tahun dikumpulkan dan digabung menjadi suatu model untuk memprediksi masa depan daerah Wallacea yang bernama fore-casting. Proyek ini diharapkan dapat membantu pemerintah dalam mengambil keputusan untuk menjaga kelestarian spesies-spesies yang terdapat di daerah Wallacea.

Dr. Berry menyatakan bahwa ia senang diberi kesempatan untuk meneliti. “Karena salah satu kendala peneliti itu pendanaan. Bersyukur ada yang mau mendanai,” ungkapnya. Selain Dr. Berry, ada empat akademisi lainnya yang mendapatkan kesempatan untuk melakukan proyek penelitian melalui pendanaan ini yaitu Prof. Daniel Mudiyarso (IPB), Prof. Jatna Supriatna (UI), Prof. Endang Sukara (LIPI), Prof. Jamaluddin Jompa (Unhas). (ASK/Zul)