TANKER, Inovasi Obat Anti Kanker Serviks Karya Mahasiswa IPB
Kanker adalah menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang sangat besar di Indonesia. Kanker serviks menjadi momok menakutkan yang menduduki urutan paling atas sebagai pemicu terjadinya kematian pada kaum wanita. Kanker serviks terjadi karena ada sel-sel di sekitar serviks (leher rahim) tumbuh abnormal dan berkembang biak tak terkendali. Sel-sel abnormal berkembang dengan cepat menjadi tumor dan tumor yang ganas akan berkembang menjadi kanker serviks.
Kanker serviks merupakan jenis kanker yang paling sering menyerang wanita. Menurut catatan Badan Kesehatan Dunia atau WHO, kanker serviks menempati urutan keempat yang paling sering diderita oleh wanita di dunia. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, kanker serviks menempati urutan kedua kanker terbanyak setelah kanker payudara.
Pengobatan yang masih menimbulkan banyak risiko dan tingginya penderita kanker serviks membuat tiga mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melakukan inovasi penelitian yang berjudul Tanker (Tampon Lamun Anti Kanker) Potensi Ekstrak Lamun (Enhalus acoroides) sebagai tampon antikanker serviks. Inovasi ini merupakan pengobatan kanker serviks dengan menggunakan tampon dan ekstrak tumbuhan lamun sebagai alat pengobatan penderita kanker serviks di Indonesia.
Tanker ini karya tiga mahasiswa IPB yaitu Hellen Merlisa Paula, Yoan Andriyansyah, dan Rizka Safriliani yang dibimbing oleh dosen Biokimia IPB Dr Laksmi Ambarsari. Riset ini berhasil mendapatkan pendanaan dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti RI) dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) di Bidang Penelitian.
Fungsi dan bahan pembuatan tampon sama seperti pembalut namun dimampatkan menjadi bentuk tabung berukuran kecil, dipakai dengan cara dimasukan pada liang vagina untuk menyerap darah menstruasi. Tampon biasa dipakai untuk wanita yang sedang haid (menstruasi) namun ingin tetap bergerak bebas dan aktif.
Lamun merupakan tumbuhan tingkat tinggi yang hidup terendam di bawah permukaan air laut. Lamun sebagai biota laut dapat tumbuh di perairan yang memiliki tingkat salinitas yang tinggi, sehingga metabolit sekundernya cukup unggul.
Tanker karya mahasiswa IPB ini adalah tampon yang dilapisi kapsul herbal dari ektrak tumbuhan lamun yang berdasarkan hasil riset mampu menghambat sel kanker serviks. Tanker dapat digunakan bagi penderita kanker serviks sebagai pengganti pembalut ketika haid atau dapat digunakan rutin untuk pengobatan kanker serviks.
Setelah melalui berbagai riset dan penelitian, zat sitotoksik yang terkandung dalam tumbuhan lamun dapat bekerja dan menekan intensitas sel kanker serviks. Daya hambat tumbuhan lamun terhadap kanker serviks cukup besar yaitu hingga 94-95%.
“Penggunaan tampon masih jarang digunakan di Indonesia, hal ini karena tampon belum begitu dikenal masyarakat. Padahal tampon itu cukup nyaman dan aman dan biasa digunakan oleh perempuan di berbagai negara. Sehingga inovasi tampon khusus penderita kanker servisk (Tanker) ini sangat prospektif sebagai pilihan untuk pengobatan bagi penderita kanker serviks di Indonesia,” papar Hellen ketika menjelaskan inovasi penelitiannya.
Selama ini pengobatan kanker serviks di masyarakat yaitu dengan operasi, radioterapi, dan kemoterapi. Pengobatan ini menimbulkan beberapa risiko dan dampak bagi penderita seperti kerusakan jaringan, luka dan infeksi pada usus, dan kekebalan terhadap obat tertentu. Inovasi Tanker mampu memudahkan penderita untuk menggunakannya tanpa khawatir dengan efek samping yang ditimbulkan.
Menurut Hellen penelitian ini memiliki keunggulan yaitu menggunakan sampel tumbuhan lamun dari laut Pulau Bintan, yang merupakan konservasi lamun di Indonesia. Wilayah Pulau Bintan termasuk wilayah Indonesia dengan jumlah penderita kanker serviks cukup banyak. Selain itu pemanfaatan lamun sebagai obat anti kanker juga bermanfaat untuk mengeskplorasi biota laut yang selama ini masih belum dimanfaatkan secara maksimal. Saat ini Tanker telah tersedia dalam bentuk kemasan. Setiap kemasan berisi 15 stik Tampon yang dilengkapi dengan aplikator pemasang tampon. Hellen dan Tim berharap produk ini dapat dilakukan uji in vivo dan uji klinis supaya dapat diproduksi secara massal.(**/Zul)