Lahirkan Patriot Pangan, Mahasiswa IPB Sabet Juara 2 Mapres Nasional

Lahirkan Patriot Pangan, Mahasiswa IPB Sabet Juara 2 Mapres Nasional

lahirkan-patriot-pangan-mahasiswa-ipb-sabet-juara-2-mapres-nasional-news
Prestasi

Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) kembali berprestasi di kancah nasional. Setelah tahun lalu gelar tiga besar Mahasiswa Berprestasi (Mapres) Nasional sempat berpindah tangan, kali ini Arga Putra Panatagama, mahasiswa Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB berhasil kembali membawa gelar juara. Anak ketiga dari tiga bersaudara ini mengaku tak sanggup menahan rasa bahagianya saat namanya disebut pada malam penganugerahan Mapres Nasional oleh Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) RI di Universitas  Sebelas Maret Surakarta (UNS) (13/7).

“Saya termotivasi menjadi Mapres karena terinspirasi dari kak Ado, kakak tingkat saya yang juga merupakan Mapres 1 IPB 2017. Namun, sejujurnya motivasi utama saya ialah ingin bermanfaat bagi orang lain dan menjadi sebaik-baik manusia,” ujarnya.

Mendaftar Mapres baginya ialah sebuah kesempatan mendapatkan banyak pengalaman, pelajaran dan tentu dapat membagikan kebaikan-kebaikan yang ia dapatkan kepada orang lain di sekitarnya baik keluarga, teman dan mahasiswa lainnya.

Perjalanan meraih prestasi ini tentu tak singkat bagi Arga. Ia menuturkan, saat tingkat pertama di IPB ia hanya mahasiswa kupu-kupu (kuliah-pulang-kuliah-pulang). Tanpa ada kegiatan aktif di kampus. Sampai suatu waktu Arga ikut terlibat dalam kepanitiaan Masa Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru (MPKMB) dan mendapat amanah menjadi Ketua Subdivisi Desain dan Tim Inti Formasi Rekor Dunia.

Kepanitiaan ini menjadi titik penyadaran bagi seorang Arga bahwa ia telah terlalu lama asyik berada di zona nyaman dan hanya memikirkan diri sendiri saja. Arga mulai mendeklarasikan mimpi untuk menjadi Mapres di bulan Februari 2017 dan berusaha menggapainya dengan mengikuti berbagai lomba bersama Guntur dan Yoga—rekan se-timnya di Departemen Ilmu Komputer.

“Lika-liku perjalanan tentu sangat panjang. Terlatih untuk membuat presentasi dan latihan presentasi di enam jam sebelum kompetisi, tidur di bandara berhari-hari demi menyelesaikan aplikasi, begadang di atas jam dua pagi nyaris seminggu dan berbagai hal tak terlupakan lainnya. Saya mengingat baik itu semua,” kata Arga.

Bahkan setelah terpilih menjadi Mapres tingkat IPB pun, perjuangan Arga semakin berat. Pada periode April-Mei 2018, Arga sampai jatuh sakit tiap pekan bahkan harus dirawat  di rumah sakit karena tipus. Namun berkat dukungan dari orang-orang terdekat semuanya menjadi baik-baik saja, sebutnya.

Program “Patriot Pangan” yang ditulis oleh Arga dalam Karya Tulis Ilmiahnya mampu menarik perhatian juri Mapres Nasional. Patriot Pangan merupakan sistem peringatan dini kerawanan pangan secara real-time berdasarkan e-participation komunitas lokal untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Patriot Pangan melibatkan komunitas lokal seperti karang taruna yang terdiri dari pemuda desa yang peduli.

Para pemuda berpartisipasi dengan melaporkan kondisi kerawanan pangan dari sepuluh keluarga termiskin di desanya melalui aplikasi mobile. Harapannya dengan adanya patriot pangan ini, masyarakat dapat terbebas dari krisis pangan.

Arga yang juga aktif sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Ilmu Komputer (Himalkom) ini mengaku sangat senang membaca buku. “Saya selalu membaca buku di sela waktu senggang saya,” ujarnya.

Ia berpesan, tidak harus menjadi Mapres untuk bisa berprestasi. Saat diri kita bisa lebih baik dari diri kita sendiri di hari kemarin dan diri kita bisa bermanfaat bagi sekitar kita di situ kita sudah berprestasi, katanya. (FI/Zul)