Kalaborasi Peneliti IPB dan Litbang Pertanian Atasi Penyakit Hawar Daun Bakteri pada Padi

Kalaborasi Peneliti IPB dan Litbang Pertanian Atasi Penyakit Hawar Daun Bakteri pada Padi

kalaborasi-peneliti-ipb-dan-litbang-pertanian-atasi-penyakit-hawar-daun-bakteri-pada-padi-news
Riset

Hawar daun bakteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv oryzae. Bakteri ini mampu menyerang semua fase tumbuh tanaman padi. Mulai persemaian hingga malai dan biji. Penyakit ini dapat menurunkan hasil produksi 7,5-23,8% pada musim kemarau dan 20,6-35,6% pada musim hujan. Petani biasa melakukan pengendalian penyakit ini dengan menggunakan bakterisida yang mengandung antibiotika.

Namun demikian, penggunaan pestisida dengan bahan aktif antibiotika untuk pengendalian penyakit tanaman tidak dianjurkan karena terbukti dapat meningkatkan munculnya strain bakteri yang menjadi tahan terhadap antibiotika. Dikhawatirkan sifat tahan tersebut akan ditularkan ke bakteri lain termasuk bakteri pathogen hewan dan manusia sehingga menyulitkan upaya pengobatan penyakit akibat infeksi bakteri. 

Hal ini mendorong dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) dari Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Dr. Giyanto, dan Dr. Kikin Hamzah Mutaqin bersama peneliti dari Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik (BB BIOGEN), Litbang Pertanian, Wartono, SP, MSi melakukan penelitian tentang Keefektifan Formulasi Spora Bacillus subtilis B12 sebagai Agens Pengendali Hayati Penyakit Hawar Daun Bakteri pada Tanaman Padi.

“Dengan menggunakan mikrob golongan Bacillus subtilis B12 maka penyakit hawar daun bakteri beserta patogen tanaman lainnya dapat ditekan. Kelompok bakteri ini dikenal sebagai penghasil antibiotika seperti Subtilosin, Bacitracin, Difficidin, Bacilysocin dan lain lain yang dapat menekan pertumbuhan bakteri atau cendawan pathogen yang menyerang tanaman padi. Dalam penelitian yang kami lakukan juga melihat bagaimana pengaruh aplikasi isolat bakteri ini terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi,” terang Dr. Giyanto.

Dr. Giyanto menerangkan bahwa perlakuan benih dan penyemprotan formulasi spora B. Subtilis B12 dapat juga meningkatkan tinggi tanaman serta jumlah anakannya. Hal ini disebabkan B. subtilis yang diaplikasikan dapat menghasilkan zat pengatur tumbuh seperti Sitokinin, Asam Indol Asetat, dan Iturin. Kemampuan meningkatkan pertumbuhan tanaman juga didukung oleh kemampuan bakteri ini dalam melarutkan unsur fosfat yang terjerat dalam tanah menjadi fosfat tersedia atau menghasilkan enzim fosfatase serta mengelat besi dengan menghasilkan siderofor. 

“Meningkatnya pertumbuhan tanaman tidak terlepas dari interaksi yang saling menguntungkan antara B. subtilis B12 dengan tanaman. B. Subtilis B12 mengoloni perakaran karena memerlukan senyawa metabolit yang dihasilkan tanaman sebagai nutrisinya. Setelah terakumulasi pada perakaran tanaman, bakteri tersebut akan menghasilkan zat pengatur tumbuh. Zat ini mampu menginduksi perakaran tanaman untuk tumbuh dengan baik. Dengan perakaran yang baik maka daya tembus dan daya serap akar terhadap nutrisi akan menjadi lebih baik. Kemampuan ini diduga penyebab postur tanaman, jumlah anakan produktif, dan hasil padi lebih tinggi,” tambah Dr. Kikin.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh tim tersebut menunjukkan bahwa penyemprotan tanaman padi dengan formulasi spora B. subtilis B12 dapat menekan perkembangan penyakit hawar daun bakteri hingga 21,7 % serta mampu meningkatkan hasil panen padi varietas Ciherang hingga 55,6%.

“Waktu penyemprotan terbaik untuk menekan penyakit hawar daun bakteri dan peningkatan hasil panen yang maksimum, dapat dilakukan dengan selang satu hingga dua minggu,” tutupnya. (Uum/Zul)