Cell-Foam: Kemasan Ramah Lingkungan Pengganti Styrofoam Buatan Mahasiswa IPB

Cell-Foam: Kemasan Ramah Lingkungan Pengganti Styrofoam Buatan Mahasiswa IPB

cell-foam-kemasan-ramah-lingkungan-pengganti-styrofoam-buatan-mahasiswa-ipb-news
Riset

Styrofoam adalah kemasan yang banyak digunakan sebagai wadah berbagai produk di Indonesia. Tanpa disadari penggunaan styrofoam telah menjadi penyumbang sampah yang cukup besar. Styrofoam merupakan salah satu produk dari zat polystyrene yang sulit diuraikan.

Permasalahan tersebut meresahkan sekelompok mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB), Gharnis Andari Putri, Nela Rifda Nur Millatina, dan Wenita Firliana dari Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian. Tim ini mencetuskan ide pembuatan styrofoam yang dapat dengan mudah terurai di alam yang dinamai dengan  “Cell-Foam”. Ide ini dituangkan dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian Eksakta (PKM-PE) di bawah bimbingan Dr. Nugraha Edhi Suyatma, S.TP, DEA. Judul penelitiannya adalah‘“Cell-Foam” Ekstraksi Nanoselulosa dari Sludge Kertas Bekas dan Aplikasinya pada Bionanokomposit Foam.’

Selulosa Foam yang disingkat Cell-Foam  merupakan wadah yang terbuat dari bahan alami yang mudah terurai di alam. Cell-Foam hadir sebagai alternatif yang dapat digunakan untuk menggantikan styrofoam yang sulit terurai. Selain itu, pembuatan styrofoam menggunakan gas Chlorofluorocarbons (CFC) yang dapat menyebabkan pemanasan global.

“Selulosa Foam yang disingkat Cell-Foam ini dibuat dari ekstraksi selulosa dari kertas bekas dan mengubahnya menjadi ukuran nano. Kami memilih untuk memanfaatkan limbah dari sludge kertas bekas atau bubur kertas bekas sebagai bahan pembuatan Cell-Foam. Hasil dari pengujian yang kami lakukan, Cell-Foam yang kami buat dapat diuraikan dan hancur dalam waktu 15 hari serta banyak cacing tanah yang memakannya. Sedangkan styrofoam yang ada di pasaran, bentuknya masih utuh dan tidak terurai sama sekali. Cell-Foam ini cocok digunakan sebagai kemasan elektronik yang ramah lingkungan,” tutur Ketua Tim, Gharnis Andari Putri.

“Data yang diperoleh di daerah Bandung, Jawa Barat menunjukkan jumlah sampah styrofoam yang cukup besar yaitu sebesar 21.769 ton/bulan. Data tersebut hanya berasal dari Bandung saja, belum lagi diakumulasikan dengan daerah yang lain. Styrofoam menjadi salah satu penyumbang sampah yang cukup besar dan tidak dapat diuraikan. Sehingga, kami membuat Cell-Foam ini sebagai alternatif yang ditawarkan untuk mengurangi sampah styrofoam yang sulit terurai,” ujar salah satu anggota tim, Nela Rifda Nur Mullatina.

 Cell-Foam dibuat sebagai kemasan yang ramah lingkungan. Cell-Foam dapat diuraikan dalam hitungan hari. Selain itu, tim ini memanfaatkan kertas bekas untuk mengurangi limbah kertas yang sudah tidak terpakai. “Pembuatan Cell-Foam ini merupakan langkah awal yang kami lakukan agar dapat mengganti peran styrofoam sebagai kemasan yang sulit terurai,” terang salah satu anggota tim, Wenita Firliana.

Nanoselulosa yang merupakan bahan pembuatan Cell-Foam yang berasal dari limbah kertas bekas. Nanoselulosa dapat meningkatkan sifat mekanis seperti kekerasan dan daya tekan yang unggul dari Cell-Foam buatan tim ini.

Pembuatan Cell-Foam dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia agar lebih peduli sampah styrofoam. Hal-hal kecil mulai dari mengurangi pemakaian styrofoam dapat dilakukan untuk mengurangi menumpuknya sampah yang sulit terurai di alam. Penelitian lebih lanjut mengenai Cell-Foam masih perlu dilakukan agar dapat menggantikan peran styrofoam sebagai kemasan berbagai produk (AD/Zul).