Mahasiswa IPB Ciptakan Golden Sugar Syrup
Jumlah konsumsi gula di Indonesia saat ini mencapai 5 juta ton per tahun, sedangkan produksi gula dalam negeri hanya 2 juta ton per tahun, dan selebihnya Indonesia tergantung pada impor. Kondisi tersebut sangat menghawatirkan stabilitas perekonomian dan ketahanan pangan Indonesia. Produk alternatif gula yang berkembang di Indonesia diantaranya adalah gula semut dari tebu atau gula merah dari nira aren dan kelapa. Namun demikian, jenis gula tersebut kurang aplikatif digunakan sebagai pemanis pada semua jenis produk makanan. Oleh karena itu, masih sangat dibutuhkan produk gula alternatif lainnya.
Produk sirup gula sorgum manis atau golden sugar syrup yang dikembangkan oleh Ahib Assadam, mahasiswa Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB), sangat berpotensi dijadikan sebagai produk gula alternatif. Tanaman sorgum mampu menghasilkan nira yang lebih banyak daripada tebu, dapat beradaptasi dan tumbuh baik pada berbagai musim dan jenis lahan. Lebih dari itu, kandungan glukosa dan fruktosa nira sorgum juga lebih tinggi dibandingkan kandungan glukosa dan fruktosa nira tebu. Hanya saja, nira sorgum sangatlah keruh dan dapat merusak warna makanan bila langsung digunakan tanpa proses penjernihan.
Persoalan tersebut kemudian berusaha dipecahkan oleh pria kelahiran Banyuwangi tersebut. Dibawah bimbingan Prof. Suprihatin dan Dr Titi Candra Sunarti, Ahib merancang proses penjernihan nira sorgum melalui penambahan dekstranase dalam sirup pekat dan penggunaan arang aktif untuk menghilangkan bahan-bahan pengotor sirup dan menurunkan warna sesuai rekomendasi The International Commission for Uniform of Sugar Analysis (ICUMSA).
Penambahan dekstranase 0.80 UD/g dan arang aktif 30.8 mg/g mampu menghasilkan golden sugar syrup, dengan kandungan gula pereduksi 7.84% dan total gula 63.49%, dan menariknya rendemen yang dihasilkan tinggi. Selain itu, juga memiliki kandungan mineral yang bermanfaat bagi kesehatan berupa Cu, Mg, dan Fe.
Inovasi produk gula yang dikembangkan oleh tim peneliti dari IPB ini sangat prospektif, hal ini nampak dari teknologi yang cukup sederhana untuk penjernihan nira sorgum menjadi golden sugar syrup. Sehingga sangat memungkinkan untuk diaplikasikan di pabrik-pabrik gula yang beroperasi saat ini.
Ahib berharap agar penemuan ini dapat dipublikasikan lebih luas dan masif agar diketahui stakeholder, khususnya produsen gula, sehingga mereka bisa berminat dan mengadopsi teknologi tersebut. “Jangka panjangnya diharapkan bisa mengurangi ketergantungan impor gula”, lanjut Ahib. (NA/Ris)