Peneliti IPB : Beda Padi, Beda Konsumsi Air
Konsumsi air antar varietas yang dirakit untuk lahan sawah dan untuk lahan kering akan sangat berbeda. Padi sawah diarahkan untuk dapat tumbuh dengan baik pada lahan dengan status air tanah berada di atas kapasitas lapang dengan kebutuhan air sekira 6-8 milimeter (mm) per hari atau curah hujan lebih dari 200 mm per bulan sepanjang pertumbuhan tanaman. Padi gogo masih dapat tumbuh dan berproduksi pada kondisi lahan dengan status lengas tanah berada di bawah kapasitas lapang dengan kebutuhan air 4-6 mm hari-1 atau curah hujan lebih dari 100 mm per bulan. Varietas-varietas padi yang efisien dalam penggunaan air sangat berpeluang untuk dikembangkan terutama dalam hubungannya dengan nilai ekonomi dan kelangkaan air.
Sejumlah peneliti dari Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian (Faperta) Institut Pertanian Bogor (IPB) mencoba untuk mengevaluasi konsumsi air beberapa genotip padi untuk potensi efisiensi penggunaan air. Mereka ialah Supijatno, Muhammad Ahmad Chozin, Didy Sopandie, Trikoesoemaningtyas, Ahmad Junaedi, dan Iskandar Lubis.
“Penelitian dilakukan untuk menentukan konsumsi air beberapa genotipe padi yang secara konvensional ditanam sebagai padi sawah seperti IR64, IPB97-F-15, Ciherang, Mentik Wangi, dan hibrida Rokan), padi gogo (Jatiluhur, Silugonggo), dan tipe amfibi (Way Apo Buru, dapat ditanam sebagai padi sawah atau padi gogo),” ujar Supijatno.
Dalam suatu percobaan yang dilakukan di dalam rumah plastik, tim ini menanam bibit padi berumur 14 hari dalam wadah plastik yang berisi tanah kering udara dengan bobot 83 kilogram (kg), satu tanaman per lubang dan setiap wadah berisi enam tanaman. Selama pertumbuhan tanaman, permukaan air dipertahankan dua sentimeter (cm) di atas permukaan tanah.
Dari hasil percobaannya, tim peneliti ini menemukan bahwa komponen produksi dan produksi beberapa genotipe padi berbeda secara nyata. Begitupun konsumsi air antar varietas juga berbeda secara nyata, berkisar dari 15.93 liter per tanaman untuk jenis IR 64 sampai 24.13 liter per tanaman untuk Jatiluhur, atau setara dengan 3,6 sampai 4,8 meter kubik (m3) per hektar.
Peneliti ini menjelaskan bahwa varietas Jatiluhur paling efisien dalam penggunaan air. “Walaupun konsumsi airnya paling tinggi, Jatiluhur merupakan varietas yang paling efisien menggunakan air, yaitu setiap liter air yang dikonsumsi menghasilkan 0.997 gram gabah kering. Perbedaan konsumsi air antar genotipe ini dapat dimanfaatkan dalam rangka pemilihan varietas yang efisien menggunakan air dengan semakin terbatasnya ketersediaan sumber daya air,” ungkapnya.(IR/nm)