Guru Besar IPB : Teknologi Bioproses Mampu Berikan Nilai Tambah
Tantangan bagi pengembangan agroindustri di Indonesia adalah bagaimana dapat meningkatkan nilai tambah produk-produk pertanian. Agroindustri menjadi salah satu produk unggulan dalam sektor pertanian modern. Namun sayangnya, pengembangan agroindustri masih terkendala sejumlah faktor.
Contoh agroindustri berbasis bioteknologi yang prospektif untuk dikembangkan adalah agroindustri berbasis pati dan turunannya, agroindustri minuman penyehat dan probiotik, agroindustri bahan tambahan, wewangian dan enzim, bioindustri hasil perkebunan, bioindustri kelautan dan perikanan, agroindustri biopolymer, industri agrobiofarmaka, agroindustri pakan dan industri energi.
Demi meningkatkan produktivitas agroindustri, Guru besar Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. Djumali, mengenalkan rekayasa bioproses untuk meningkatkan nilai tambah produk agroindustri yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Dalam Orasi Guru Besar IPB di Auditorium Andi Hakim Nasoetion, Kampus Dramaga, Bogor (24/2), Prof. Djumali mengatakan, penggunaan dan penerapan teknologi proses merupakan suatu persyaratan untuk meningkatkan nilai tambah produksi pertanian secara kompetitif di pasar global.
Ia menjelaskan, bioindustri merupakan industri yang menerapkan sistem proses atau pengubahan (transformasi) hayati, termasuk agroindustri yang menerapkan biokteknologi. Beberapa contoh agroindustri bioteknologi yang prospektif untuk dikembangkan, antara lain agroindustri berbasis pati dan turunannya.
Ia menyebutkan, rekayasa bioproses untuk peningkatan nilai seperti inulin dari umbi dahlia sebagai salah satu bentuk peningkatan nilai tambah agroindustri. Inulin merupakan substrat dengan kandungan fruktosa yang tinggi.
"Rendemen tepung inulin diperoleh dari umbi dahlia sebesar 48,20 persen dengan kadar inulin mencapai 80,09 persen," kata Prof. Djumali.
Memperoleh inulin, lanjutnya, didapat dari proses lebih lanjut secara enzimatis untuk produksi FOS (frukto-oligosakarida) atau fruktosa.
Menurutnya, penelitian tentang metode ekstraksi inulin dari tanaman lokal seperti pandan, dan buah merah dari Papua masih berlangsung saat ini.
Bioproses agroindustri lainnya yakni siklodekstrin dari pati. Pengembangan proses ini dilakukan dengan menggunakan sel utuh bakteri yang mempunyai aktivitas siklodekstrin.
"Rekayasa bioproses untuk agroindustri ramah lingkungan ada pada produksi alanin dari limbah cair pengolahan kelapa sawit," katanya.
Berikutnya biosurfaktan yang dapat menjadi salah satu alternatif untuk menggantikan surfaktan kimiawi. Rekayasa bioproses untuk pengembangan agroindustri berkelanjutan sangat potensial di Indonesia sebagai negara yang memiliki sumberdaya alam terbarukan, berupa tanaman (biomassa), mikroba, air, angin dan samudera. "Contohnya produksi bioetanol," katanya.
Prof. Djumali menambahkan, strategi pengembangan bioproses dilakukan melalui tiga tahapan yakni penelitian skala laboratorium, skala 'pilot plant', serta pengembangan di skala industri.
"Hasil dari kajian kinerja proses yang diperoleh pada skala pilot plant dan hasil analisis kelayakan ekonomi, menjadi dasar diterapkannya bioproses pada skala industri,“ pungkas Prof Djumali.(*)