IPB Teliti Aktivitas Antibakteri dan Antibiofilm Tanaman Biduri
Beberapa jenis bakteri dapat membentuk biofilm yang dapat menyebabkan bakteri resisten terhadap antibiotik. Biduri dipercaya dapat mengobati sakit gigi yang disebabkan bakteri, namun potensi bioaktivitas biduri belum banyak diketahui.
Peneliti dari Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor (FMIPA-IPB) melakukan penelitian terkait sitotoksisitas, aktivitas antibakteri dan antibiofilm tanaman biduri. Para peneliti tersebut adalah M. Maftuchin Sholeh, Popi Asri Kurniatin dan Inda Setyawati.
Popi Asri mengatakan, masyarakat telah lama memanfaatkan tanaman obat sebagai alternatif dalam pengobatan penyakit. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui aktivitas tanaman obat sebagai obat antibakteri. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya ekstrak air daun biduri memiliki aktivitas sebagai antibakteri Vibrio alginolyticus dan Aeromonas hydrophilla. Secara empiris, biduri sering digunakan untuk mengobati sakit gigi masyarakat Lamongan dan Aceh. Bagian tanaman biduri yang digunakan dalam pengobatan sakit gigi adalah getahnya.
Ia menuturkan, bakteri E. coli, S. aureus, P. aeruginosa terdapat dalam tubuh manusia dan hewan. Bakteri E. Coli banyak ditemukan di dalam usus besar sebagai mikrob normal. S. aureus sering dijumpai di kulit dan berasosiasi dengan bakteri lain. P. aeruginosa terdapat dalam saluran pernafasan, yakni paru-paru. Selain itu, bakteri yang sering dijumpai dalam tubuh manusia adalah Streptococcus mutans yang menyebabkan penyakit gigi.
Ia juga menambahkan, bakteri-bakteri tersebut dapat membentuk biofilm yakni kumpulan bakteri yang menempel pada permukaan biologis atau benda mati. Bakteri-bakteri tersebut dapat memroduksi matriks polimer berupa eksopolisakarida. Sehingga perlu dilakukan eksplorasi senyawa antibakteri dan antibiofilm berbahan alami yakni tanaman biduri (C. gigantea).
Hasil analisis fitokimia diketahui bahwa senyawa yang terkandung dalam getah dan ekstrak daun biduri yaitu flavonoid, saponin, steroid, dan triterpenoid. Nilai LC50 getah biduri sebesar 1690 µg/mL, ekstrak air 570 µg/mL, ekstrak etanol 96 % 5970 µg/mL, dan ekstrak n-heksana sebesar 760 µg/mL.
Nilai LC50 menunjukkan getah biduri dan ekstrak etanol 96 persn tidak memiliki potensi bioaktivitas. Ekstrak air dan n-heksana memiliki potensi bioaktivitas relatif kecil. Getah dan ekstrak daun biduri tidak menunjukkan aktivitas antibakteri dan antibiofilm.(AT/ris)