Peneliti IPB dan Dewan Bawang Nasional Tingkatkan Produksi Bawang Merah Nasional
Bawang merah (Allium cepa) adalah komoditas penting di Indonesia. Permintaan bawang merah diperkirakan akan terus meningkat seiring pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan daya beli masyarakat. Perlu diupayakan usaha peningkatan produksi agar kebutuhan dan permintaan pasar dapat terpenuhi. Salah satu titik kritis produksi bawang merah adalah kesesuaian lingkungan tumbuh dan iklim. Bawang merah merupakan komoditas yang memiliki karakteristik sensitif terhadap perubahan suhu, kombinasi suhu siang dan malam, serta kelembaban.
Pengembangan komoditas bawang merah bertujuan untuk meningkatkan stabilitas produksi, ketersediaan/distribusi, pemanfaatan dan harga bawang merah di Indonesia. Penelitian ini mengacu pada kegiatan-kegiatan penelitian yang telah dilakukan dan memanfaatkan hasil yang telah dicapai dengan mengintegrasikannya dalam bentuk paket informasi dan teknologi yang inovatif dan integratif.
Penelitian yang telah masuk tahun kedua ini dilaksanakan selama empat tahun dengan para peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB) yang kompeten, terdiri dari Prof. Dr. Sobir, Awang Maharijaya, M R Suhartanto, Dr. Suryo Wiyono, Yohanis Aris Purwanto, Heri Harti, Endang Gunawan, Kusuma Darma, Ani Suryani, Indah Yuliasih, Anna Fariyanti, dan Tania June. Mitra strategis yaitu Dewan Bawang Nasional, Kementerian Pertanian, Pemerintahan Daerah dan kelompok petani.
Kegiatan pengembangan bawang merah yang telah dilakukan meliputi pengembangan sistem pertanian bawang merah adaptif terhadap perubahan iklim dan kondisi lingkungan; penyediaan dan karakterisasi sumberdaya genetik untuk pengembangan varietas adaptif terhadap perubahan iklim dan penanaman pada agroklimat lokal spesifik; pemuliaan dan bioteknologi benih bawang merah untuk menghadapi perubahan iklim; produksi bibit bawang merah adaptif iklim lokal; pengembangan teknologi budidaya bawang merah yang adaptif terhadap perubahan iklim global; pengembangan teknologi pengendalian hama dan penyakit terpadu biointensif bawang merah menghadapi perubahan iklim global; dan pengembangan teknologi penyimpanan jangka panjang bawang merah segar pada suhu rendah untuk mengantisipasi fluktuasi produksi sebagai akibat dari perubahan iklim.
Hasil penelitian pada tahun 2016 telah menghasilkan luaran berupa tiga teknologi tepat guna, yaitu paket teknologi True Shallot Seed, Teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT), dan Teknologi Penyimpanan; 1 Purwarupa (prototype) yaitu pengolahan bawang (pasta dan minyak bawang merah). Selain itu, pada tahun 2016 telah dilepas dua varietas bawang merah, yaitu Tajuk yang berasal dari Nganjuk dan Varietas Lansuna yang berasal dari Manado. SK pelepasan varietas dikeluarkan oleh Menteri Pertanian dengan nomor SK No.045/Kpts/SR.120/D.2.7/5/2016 dan SK No. 044/Kpts/SR.120/D.2.7/5/2016.(IR/NM)