Mendulang Rupiah dari Inovasi Minuman Ciplukan

Mendulang Rupiah dari Inovasi Minuman Ciplukan

mendulang-rupiah-dari-inovasi-minuman-ciplukan-news
Prestasi

Ciplukan atau cecendet dalam bahasa Sunda dikenal sebagai gulma pertanian. Saat ini buah ciplukan telah mulai banyak dijual di pasaran dan disebut sebagai golden berry. Harga pasaran buah ini bisa mencapai Rp 200 ribu per kilogram buah. Sementara permintaan pasar  tinggi dan produksi buah belum terpenuhi. Melihat peluang pasar ini mahasiswa  Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Kewirausahaan menemukan inovasi pengolahan tanaman ciplukan. Mereka adalah Anisa Miranti, Wafa Nurshofa Qotrunnada, Kania Putri Utami, Maulana Malik Ibrahim, dan Ega Setiawan.

Tanaman ciplukan di Sukabumi dimanfaatkan sebagai minuman tradisional yang berfungsi sebagai minuman kesehatan. Ciplukan memiliki kandungan antioksidan tinggi tetapi rasanya kurang disukai. Anisa dan tim PKM Kewirausahaannya membuat inovasi minuman dari tanaman ciplukan yang disukai masyarakat.  Minuman ini berisi sari tanaman dan buah ciplukan ditambah jeruk nipis agar mengurangi rasa sepatnya. Formula ini menjadikan minuman ciplukan yang kurang populer menjadi minuman baru yang digemari berbagai usia.

            Produk yang dikemas dengan label Chips Drink ini telah diproduksi sebanyak 441 botol, namun tim PKM menargetkan produksinya 1.500 botol. Menggunakan kemasan botol 330 mililiter, kapasitas sekali produksi sekira 90 – 150 botol. Rasa buah yang ditawarkan adalah rasa sirsak, mangga, semangka, belimbing, nanas, dan original. Rasa yang paling disukai konsumen adalah rasa sirsak. Pengolahan minuman dilakukan di rumah produksi di daerah Taman Pagelaran, Bogor.

“Kami memiliki visi untuk menjadikan produk kami sebagai oleh-oleh khas Bogor dan dikemas dalam paket oleh-oleh”, ujar Anisa. Namun kendala yang dihadapi oleh tim PKM ini adalah keberadaan tenaga kerja yang dapat menangani pembuatan minuman belum ditemui. Sehingga proses produksi masih ditangani anggota tim sendiri dan pemasaran masih terbentur dengan skala produksi yang terbatas. Meskipun begitu, proses produksi tetap terus berjalan secara berkelanjutan.

Sebagai minuman penyegar yang memiliki kandungan antioksidan tinggi, Chips Drink lebih nikmat disajikan dingin. Minuman ini bisa didapatkan  dengan harga Rp 5.000,- per botol. Penjualan Chips Drink telah dilakukan di area olah raga seperti Lapangan Sempur dan Taman Heulang. Sambutan konsumen sangat baik. Selain di area olahraga, Chips Drink juga dipasarkan di kalangan mahasiswa IPB. Konsumen juga menyukai rasa manis alami dari gula dan warna alami buah yang digunakan pada Chips Drink. “Kami berharap minuman Chips Drink dapat meningkatkan nilai tambah bagi petani dan mengubah status gulma pada tanaman ciplukan menjadi tanaman yang bermanfaat dan menghasilkan rupiah,” ujar Anisa. (EAW/ris)