Mahasiswa IPB Racik Biopestisida dari Ekstrak Bintaro

Mahasiswa IPB Racik Biopestisida dari Ekstrak Bintaro

mahasiswa-ipb-racik-biopestisida-dari-ekstrak-bintaro-news
Riset

Salah satu pestisida alternatif yang berpotensi dalam mengendalikan populasi hama adalah pestisida alami dari tumbuhan. Tumbuhan yang mampu memberikan efek kematian terhadap serangga hama gudang yaitu menggunakan tanaman bintaro (Cerbera manghas L.). Inovasi yang dicetuskan oleh tiga  mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) dan satu mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Institut Pertanian Bogor (IPB) ini menjadi solusi untuk penanganan hama gudang yang saat ini dirasakan sangat mengganggu. Mereka adalah Afrinal Firmanda, Awan Karuniawati, Dewi Ratnasari dan Hutri Maigita.

“Di sini kami hadir untuk mencoba mencari solusi atas permasalahan tersebut melalui penelitian kami yang berjudul ‘Pembuatan Gel Biopestisida dengan Ekstrak Bintaro (Cerbera manghas L.) sebagai Pengendali Hama Gudang’,” ujar Afrinal Firmanda selaku ketua PKM.

Gudang merupakan sarana perdagangan untuk mendorong kelancaran distribusi barang yang diperdagangkan atau bisa juga dikenal sebagai tempat penyimpanan. MenurutFood and Agriculture Organization (FAO) 2015 bahwa kerusakan pada bahan pascapanen atau simpanan mempunyai nilai penting dalam ekonomi karena bahan tersebut siap dikonsumsi dan menghabiskan banyak biaya dalam proses pembuatannya, sehingga apabila terjadi penurunan kualitas saat penyimpanan akan menyebabkan kerugian. Penurunan kualitas dan kuantitas bahan pangan ini dapat disebabkan oleh serangan hama seperti serangga, tikus, burung dan mikroorganisme lainnya.

Afrinal menjelaskan, upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi kerusakan akibat serangan hama dapat dilakukan dengan menggunakan pestisida. Penggunaan pestisida ternyata ampuh untuk mengatasi hal tersebut, tetapi memberikan dampak yang negatif terhadap lingkungan. Penggunaan pestisida secara berlebih akan menyebabkan terjadinya resistensi hama sekunder.

Biopestisida merupakan salah satu solusi ramah lingkungan dalam rangka menekan dampak negatif akibat penggunaan pestisida non hayati yang berlebihan. Afrinal mengungkapkan, penggunaan pestisida telah memakan dana sekira 51 persen dari biaya produksi. “Terkait program pemerintah tentang Pengendalian Hama Terpadu, alternatif yang dapat dilakukan salah satunya adalah mengembangkan produk pestisida nabati (ramah lingkungan) seperti menggunakan tanaman bintaro,” katanya.

Tanaman bintaro merupakan salah satu tanaman mangrove yang tersebar hampir di seluruh Indonesia. Hampir semua bagian tanaman bintaro dapat dimanfaatkan seperti akar, batang, daun, buah dan biji. Diantara semua bagian tersebut buah dan biji bintaro yang mengandung racun, sehingga berbahaya bagi manusia dan hewan. Biji bintaro mengandung lukosida/alkaloid (cerberine, cerbroside, nirifolin dan theven) steroid, tripenoid dan saponin. Buah bintaro mengandung senyawa flavonoid, tanin, saponin dan steroid. Senyawa golongan alkaloid ini bersifat toksik atau racun. Cereberine merupakan senyawa monoasetil neriifolin yang dapat mengganggu detak jatung dan dapat menyebabkan kematian. Kandungan tersebut yang dimanfaatkan untuk dijadikan sebagai pestisida nabati.

Gel biopestidia digunakan untuk menguapkan senyawa-senyawa aktif bintaro pada suhu kamar. Senyawa yang berperan sebagai biopestisida diperoleh melalui ekstraksi buah bintaro. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan ekstrak bintaro yang masih belum dimanfaatkan secara optimal. Sehingga inovasi produk berbasis gel dengan berbahan campuran tanaman bintaro mampu mengatasi permasalahan hama gudang yang lebih efektif.(AT/NM)