Guru Besar IPB : Profesi Dokter Hewan Sangat Laku di Pasaran

Guru Besar IPB : Profesi Dokter Hewan Sangat Laku di Pasaran

guru-besar-ipb-profesi-dokter-hewan-sangat-laku-di-pasaran-news
Riset

Kepala Rumah Sakit Hewan Pendidikan (RSHP) Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. drh. Deni Noviana akan melaksanakan Orasi Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) di Auditorium Andi Hakim Nasoetion Kampus IPB Dramaga, Sabtu (22/7). Konferensi Pers pra orasi ilmiah dilaksanakan di Kampus IPB Baranangsiang (20/7). Prof. Deni memaparkan materi berjudul “Pemanfaatan Teknologi Pencitraan dalam Diagnosis Penyakit Hewan dan Riset Pengembangan Biomaterial” atau teknologi pencitraan untuk diagnosis penyakit hewan, mirip USG dan rotgen pada manusia, tapi teknologi ini diterapkan pada hewan.

Menurutnya, tingkat kesenjangan antara hewan yang ada di dunia dengan jumlah dokter hewan masih tinggi. Anjing merupakan hewan terbanyak ke-9 di dunia, sedangkan kucing menduduki posisi ke-3 dunia. Jadi populasinya sangat banyak. Ini baru dua hewan, belum hewan yang lainnya. Sementara itu FKH di Indonesia hanya ada 11. “Yang establish hanya lima, salah satunya IPB. Perbandingan jumlah dokter hewan dengan jumlah anjing dan kucing sekira 1 berbanding 21 hewan. Artinya profesi dokter hewan sangat laku di pasaran,” ujarnya. 

Pemeriksaan radiografi (yang memanfaatkan teknologi pencitraan) berada pada peringkat kedua. Teknologi pencitraan terbagi tiga, yakni yang menggunakan radiografi sinar x (rontgen), ultrasonografi menggunakan gelombang suara dan endoskopi.

Dikatakannya, dalam kurun waktu empat tahun terakhir, data rekam medis di RSHP FKH IPB menunjukkan intensitas penggunaan alat penunjang diagnostika radiografi, USG dan endoskopi yang meningkat signifikan. Rata-rata peningkatannya 55 persen per tahun. Kasus penyakit yang paling banyak ditemukan dengan menggunakan USG pada kucing dan anjing adalah gangguan hepatobilier, gangguan sistem kardiovaskular, dan gangguan sistem reproduksi-perkemihan. Pada hasil pemeriksaan menggunakan endoskopi menunjukkan temuan benda asing yang abnormal pada saluran pencernaan bagian atas.

Ilmu pengetahuan dan keterampilan klinis tentang teknologi pencitraan sangat penting disampaikan kepada mahasiswa kedokteran hewan. Divisi Bedah dan Radiologi Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi (KRP) FKH IPB telah mengembangkan berbagai macam pendidikan profesional berkelanjutan. Tercatat sebanyak 84 pelatihan dengan rata-rata 7-8 pelatihan per tahun untuk para dokter hewan dan dokter spesialis.

Sementara itu peran teknologi pencitraan dalam pengembangan biomaterial pada hewan adalah membantu proses implantasi, pengamatan selama implan berada dalam tubuh hewan dan pengamatan pasca implantasi.

“Melalui kerjasama dengan University Teknologi Malaysia dan Laval University Canada, kami berhasil mengembangkan inovasi implan tulang berbahan dasar logam yang terdegradasi, yakni magnesium dan besi maupun kombinasi logam dan keramik. Ini merupakan temuan baru dalam prosedur penanganan medis karena memiliki keunggulan dapat diaplikasikan pada trauma tulang pasien yang berusia muda,” terangnya.

Pasien tidak perlu melakukan operasi kedua (untuk pencabutan implan) karena bahan implan akan terdegradasi dan diserap oleh sistem tubuh. Inovasi temuan Prof. Deni ini dapat diaplikasikan untuk implan tulang manusia dan hewan. Selain sudah didaftarkan untuk mendapat perlindungan hak kekayaan intelektual (paten), inovasi ini juga mendapatkan penghargaan sebagai inovasi paling prospektif Indonesia dari Business Innovation Center pada tahun 2015.(Zul)