Cegah Banjir, Mahasiswa IPB Ciptakan Saluran Air Terintegrasi
Ibukota Indonesia, Jakarta tidak lepas dari ancaman banjir yang sewaktu-waktu dapat menyerang. Menurut catatan sejarah kota Jakarta telah dilanda banjir sejak tahun 1962 dan bencana banjir terparah terjadi di bulan Februari 1918. Apalagi ketika musim penghujan telah tiba akan sangat meresahkan masyarakat Jakarta. Sehubungan dengan cara untuk mencoba menanggulangi banjir tersebut, maka muncul beberapa masalah penyebab banjir seperti masalah sampah, curah hujan tinggi, air meluap, pecahnya bendungan hingga masalah pemukiman liar dan padat penduduk. Selain itu, akan menyebabkan perekonomian menjadi lumpuh, kerusakan pemukiman, wabah penyakit dan infrastruktur lainnya yang tidak bisa beroperasi.
Mahasiswa Teknik Komputer IPB menciptakan solusi untuk atasi permasalahan banjir yang disebut dengan “Saiter”. Saiter memberikan solusi alternatif berupa inovasi yang membantu menyelesaikan permasalahan banjir. Saiter atau yang bisa disebut dengan “Saluran Air Terintegrasi” didesain sedemikian rupa agar saat hujan dengan intensitas tinggi, air dapat dialirkan menuju titik akhir dari pembuangan dan diharapkan mampu membantu mengurangi masalah banjir dengan sistem irigasi ini.
Rifqi Dias dan empat orang mahasiswa dari Diploma IPB, berusaha memberikan manfaat terutama di bidang lingkungan melalui Saiter. Rifqi selaku ketua Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) mengatakan, Saiter mempunyai beberapa komponen penting yaitu komponen utama berupa kerangka water level monitoring system (pemantauan volume air), grinding dan filtrasi (penghancuran partikel dan penyaringan), mini rotary turbine (penggerak turbin), smart grid(pengatur penggunaan energi), dan resources (penyimpanan energi). Semua komponen tersebut akan disatukan dalam desain dan model arsitektur rancang bangun rumah panggung modern.
Air banjir akan masuk melewati water monitoring yang secara otomatis akan terpantau. Kemudian akan masuk ke dalam penampungan dan akan menggerakkanfiltrasi dan grinding yang berfungsi menyaring untuk mencegah penyumbatan oleh sampah dan melakukan penghancuran partikel sampah.
“Jika air dalam penampungan telah penuh, maka akan dilakukan pengintegrasian ke saluran lainnya atau ke tempat pembuangan akhir (waduk, bendungan dan sawah). Sedangkan mini rotary turbine bekerja menggerakkan turbin sebagai energi kinetik dan disalurkan ke smart grid serta listrik yang dihasilkan akan disimpan ke dalam resource,” ujar Rifqi.
Saiter dibuat dengan menggunakan komponen yang tahan pada kondisi basah sehingga meminimalisir dari korosif dan korsleting. Sasaran utama dari inovasi ini adalah kota-kota besar di Indonesia yang sering mengalami permasalahan banjir.
Rifqi berharap ke depan teknologi Saiter akan terus berkembang dan berinovasi sehingga tidak hanya menjadi solusi masalah banjir di Jakarta tetapi juga akan mampu memanfaatkan banjir sebagai pembangkit energi listrik.(AT/Zul)