Yoga Rivaldi, Duta Lingkungan IPB 2017
IPB Green Environmental Ambassador (IGEA) merupakan perhelatan rutin Kementerian Lingkungan Hidup, Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) Institut Pertanian Bogor (IPB) yang setiap tahun dilaksanakan. Acara tersebut merupakan ajang kompetisi Pemilihan Duta Lingkungan IPB. Tidak seperti ajang kompetisi lainnya, IGEA banyak diisi kegiatan-kegiatan bermanfaat, tentunya dalam lingkup lingkungan. Selama lebih kurang dua bulan, para peserta diberi pengetahuan dan pengalaman dalam bidang lingkungan, seperti seminar dari duta lingkungan, pelatihan essai, green campaign, serta melakukan proyek-proyek yang melibatkan masyarakat secara umum.
Setelah melalui seleksi yang sangat ketat dengan rangkaian acara yang panjang, akhirnya terpilihlah Yoga Rivaldi, mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB 52 yang berhasil menyisihkan 19 finalis lainnya. Hebatnya ia menyabet dua gelar sekaligus selain ditetapkan sebagai Duta Lingkungan 2017 atau 1st Winner of IGEA 2017, ia juga menyabet Best Project 2017.
Perjalanan Yoga menjadi juara IGEA dan Best Project bukan tanpa perjuangan., ia mengatakan bahwa mengalahkan 20 peserta lainnya bukan perkara mudah. “Waktu itu saya mendapatkan informasi tentang open recruitment IPB Green Environmental Ambassador (IGEA) 2017 melalui grup Line IGAF (Indonesia Green Forum Action), sebuah Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM),” ujarnya.
Motivasi dari kolega IGAF memberikan dukungan dan saran agar mencoba mengikuti ajang pemilihan tersebut, semakin memantapkan langkah Yoga untuk berkontribusi pada lingkungan melalui IGEA. “Jujur saya tidak berambisi mengejar gelar juara, karena tujuan saya mengikuti IGEA ini hanya sebagai ajang pembelajaran. akhirnya saya berani memutuskan untuk mendaftarkan diri ke ajang kaderisasi aktivis lingkungan tersebut,” katanya.
Yoga bertutur, kecintaannya terhadap lingkungan tidak begitu saja lahir dalam hati. Ketertarikannya di bidang lingkungan sudah dimulai lama sejak masih kecil. Hal ini mulai terbentuk dari lingkungan sekitar tempat tinggal di kawasan pinggiran hutan yang relatif masih sangat hijau. Kedekatan emosional dari perubahan lingkungan berserta dampaknya yang telah dirasakan langsung ini membuat isu-isu lingkungan yang ada saat ini pun menjadi sebuah perhatian khusus.
Satu hal yang menjadi perhatian Yoga adalah terkait dengan masalah manajemen pengelolaan sampah dan kebersihan. Manajemen sampah dan kebersihan merupakan dua unsur penting yang saling berkaitan dan menjadi hal dasar bagi setiap manusia agar dapat memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan.
Saat ini Yoga tinggal di Asrama Rumah Kepemimpinan Regional Bogor, tidak jauh dari Kampus IPB. Setiap hari biasanya ia berangkat kuliah menggunakan sepeda atau berjalan kaki dari asrama ini.
“Ketika saya berangkat dengan berjalan kaki, hal ini membuat saya dapat melewati berbagai koridor fakultas yang ada di IPB. Setiap kali saya melewati koridor-koridor ini, seringkali saya prihatin. Bagaimana tidak, saat menyusuri koridor-koridor fakultas, mata juga ikut bergerak melihat sampah yang tidak sedikit. Di situ saya biasanya memunguti sampah-sampah yang terlihat tersebut. Ketika sudah terkumpul beberapa sampah di tangan, lagi-lagi keprihatinan saya pun muncul, yakni jauhnya letak tempah sampah. Saya berpikir mungkin inilah sebabnya teman-teman masih ada yang membuang sampah tidak pada tempat yang semestinya. Selain itu, terlihat juga fakta bahwa volume sampah yang ada sebenarnya melebihi volume tempat sampah yang disediakan,” paparnya.
Ia menjelaskan, tahap pertama yang harus saya ikuti dalam mengikuti ajang pemilihan IGEA adalah seleksi berkas. Tahap seleksi berkas ini diantaranya membuat essay dengan tema “Green Awareness Forerunner” sebanyak 500 kata. Kemudian, di tahap kedua dari sejumlah pendaftar, terpilih 30 pendaftar yang berhak lanjut ke tahap wawancara. Material dari tahap wawancara ini meliputi pengujian latar belakang dan kontribusi pendaftar selama ini di bidang lingkungan, motivasi dan tujuan mengikuti ajang pemilihan IGEA, dan terakhir ditutup dengan uji kemampuan berbahasa asing.
Setelah itu Yoga diberikan banyak training, seperti pelatihan Public Speaking, Personal, dan Cyber Branding, dan pelatihan Volunteerism dan Green Campaign. “Selanjutnya, setelah mendapatkan berbagai training tersebut kami melakukan kunjungan lapang bersama ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Desa Galuga Bogor. Kami berdiskusi dengan para pegawai TPA. Mendengarkan banyak informasi tentang tren jumlah sampah dari Kota Bogor dan pengolahannya. Kemudian kami juga mendengarkan berbagai keluh kesah dan harapan para pegawai tersebut kepada kami salah satu penyumbang sampah di TPA tersebut,” ujarnya.
Yoga mengatakan, setelah rangkaian panjang berupa pelatihan dan kunjungan lapang selanjutnya mereka diberikan tantangan untuk membuat sebuah gagasan Green Project yang dapat diaplikasikan di IPB dalam rangka menyukseskan IPB Bebas Sampah Tahun 2020. Kemudian setiap finalis termasuk Yoga harus mempresentasikannya di hadapan tiga dewan juri yang memang expert di bidangnya.
Pada kesempatan ini, Yoga menawarkan sebuah gagasan Green Project yang diberi nama CF2 (Clean for Free). CF2 merupakan sebuah gagasan green project yang terdiri dari 7 rangkaian program, meliputi : 1) Revitalisasi tempat sampah di IPB, 2) Social Media Campaign dengan hashtag #ThrowYourRubbishChallenge, 3) MPKMB (Masa Pengenalan Kampus Mahasiswa Baru) Green Socialization, 4) Change Plastic with Wi-fi Password, 5) IPB Green Environmental Faculty (ajang green life style mahasiswa antar fakultas di IPB), 6) Zona Bebas Kantong Plastik IPB, 7) Recycle sampah botol plastik menjadi tempah sampah yang dapat dimanfaatkan untuk menambah persebaran tempat sampah di IPB.
Gagasan projek ini kemudian disajikan dalam bentuk kreatif poster lalu ditampilkan dalam kegiatan Green Expo yang bertempat di Node Media Center IPB selama dua hari. Green Expo ini merupakan rangkaian kegiatan terakhir sebelum Malam Penganugrahan IGEA. Pada malam penganugrahan ini setiap finalis diminta menggunakan kostum recycle dari barang bekas dengan tujuan menyosialisasikan metode recycle kepada mahasiswa IPB.
“Saya sendiri membuat variasi jas dan celana dari koran bekas. Malam penganugrahan IGEA kali ini selain untuk mengumumkan Duta Lingkungan IPB 2017 dan berbagai apresiasi lainnya kepada finalis IGEA, juga merupakan ajang uji pengetahuan dan wawasan tentang lingkungan khususnya di IPB yang berkaitan dengan program Green Campus,” ujarnya.
Pria kelahiran Blitar, 18 April 1998 itu sangat bersyukur atas pencapaian ini dan menancapkan tekad bahwasanya ini merupakan amanah baru untuk bergerak merealisasikan program-program yang telah direncanakan, mengampanyekan green life style, mengajak keluarga mahasiswa IPB untuk peduli terhadap lingkungan, dan ke depannya akan bersinegi dengan berbagai pihak dan kegiatan di IPB khususnya yang berkaitan dengan bidang lingkungan hidup yang utamanya adalah kebijakan program Green Campus. (Awl)