Guru Besar IPB: Teknologi Penginderaan Percepat Inventarisasi Hutan
Sejak peluncuran satelit ERTS-1 atau Landsat 1 tahun 1972, teknologi penginderaan jauh satelit untuk sumberdaya alam terus berkembang sangat cepat. Saat ini telah bermunculan berbagai citra satelit dengan berbagai lompatan teknologi, yang mencakup peningkatan kemampuan mendeteksi dan mengidentifikasi dalam bentuk peningkatan resolusi.
Selama empat dasawarsa terakhir, resolusi spasial citra multispektral sudah mengalami lompatan yang cukup fantastis yaitu sekitar 800 kali. Dari yang awalnya mampu mendeteksi obyek yang ukuran luasnya 80 m x 80 m (tutupan hutan atau ekosistem hutan) menjadi hanya 10 cm x 10 cm (dapat mendeteksi sampai tingkat cabang dan ranting pohon).
Demikian pula untuk citra pankromatik, sudah mencapai 150 kali yaitu dari semula 15 m x 15 m (terdeteksi sekumpulan pohon) menjadi 10 cm x 10 cm (mendeteksi cabang/ranting) dan untuk sensor global meningkat sebanyak 4.4 kali. Ini artinya potensi citra digital dengan lompatan radiometrik akan memberikan variasi informasi yang semakin meningkat.
Demikian dikatakan Guru Besar Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof.Dr. I Nengah Surati Jaya saat jumpa pers Pra Orasi Ilmiah, di Kampus IPB Baranangsiang Bogor, Kamis (28/7).
Dikatakannya, dengan adanya lompatan teknologi penginderaan, kini terbentag luas peluang dan tantangan dalam pengembangan teknik-teknik inventarisasi hutan. Peluangnya berupa pemanfaatan teknologi murah dan handy, inventarisasi dengan risiko rendah dan non-destruktif. Sementara tantangannya adalah pengembangan algoritma inventarisasi sumberdaya hutan yang mencakup berbagai hasil hutan kayu, non kayu dan jasa lingkungan, pengembangan inventarisasi hutan yang tepat guna, aplikabel, murah dan mudah, menjadikan data penginderaan jauh sebagai landasan dalam menyusun rencana pengelolaan hutan sampai dengan tingkat petak dan menyiapkan sumberdaya manusianya.
Selain itu, kehadiran penginderaaan jauh dengan nir-awak yang ramai sejak tahun 2014 juga memberikan tantangan dan peluang baru. Dengan teknologi ini, inventarisasi hutan dapat dilakukan dengan cepat. Kemampuan perekaman sekitar 3 ribu hektar per hari dengan efisiensi relatif berkisar 30-40% (biaya 60-70% lebih murah dibandingkan dengan metode konvensional). (zul)