FOReTIKA Siapkan Standardisasi Pendidikan Tinggi Kehutanan Indonesia

Forum Pimpinan Lembaga Pendidikan Tinggi Kehutanan Indonesia (FOReTIKA) menyelenggarakan kegiatan lokakarya dengan tajuk “Pengembangan Pendidikan Tinggi Kehutanan”. Kegiatan ini berlangsung selama dua hari (4-5/12), bertempat di Fakultas Kehutanan (Fahutan) Institut Pertanian Bogor (IPB) kampus Dramaga, Bogor.
Pada kesempatan ini, Dekan Fahutan IPB, Dr. Rinekso menjelaskan bahwa pertemuan tahunan ini dilaksanakan untuk menentukan standard minimal ilmu kehutanan. “Agar semua pendidikan tinggi kehutanan ada standardisasinya. Perlu dihadirkan butir-butir penting untuk arah pembangunan kehutanan ke depan,” terang Dr. Rinekso.
Lokakarya kali ini menghadirkan pembicara yang berasal dari pemerintahan, private sector serta industri. “Narasumber dalam kegiatan ini sengaja kita hadirkan dari pemerintah dalam hal ini kementerian, untuk mengetahui policy tentang kebutuhan tenaga kerja di kehutanan dan kompetensi apa yang dibutuhkan. Kemudian juga private sector, dan dari perusahaan sendiri, agar mereka mendefinisikan sendiri secara spesifik apa yang diperlukan dari sarjana kehutanan,” imbuhnya.
Lebih lanjut Dr. Rinekso menjelaskan bahwa ke depan kurikulum kehutanan hendaknya diadaptasikan pada empat standar penting, yakni ilmu dasar kehutanan (Basic forestry science) yang kuat, pendidikan kepada calon sarjana kehutanan yang sesuai dengan kebutuhannya, mengingat tidak semua sarjana kehutanan bekerja di sektor kehutanan.
Ketiga, adaptasi kurikulum kehutanan terhadap current issues, seperti saat ini dimana kehutanan berperan sentral dalam konteks perubahan iklim. Standar terakhir adalah ekpektasi pengembangan ilmu dan teknologi kehutanan sendiri. “Itu yang dibahas dalam pertemuan selama dua hari ini,” ujarnya.
Kegiatan ini juga dihadiri oleh Rektor IPB, Prof.Dr. Herry Suhardiyanto. Dalam kesempatan ini, Rektor menyampaikan bahwa melalui FOReTIKA ini diharapkan dapat menghasilkan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan yang ada di lapangan.
Lebih lanjut rektor berharap pendidikan tinggi kehutanan dapat membuat model pengelolaan lahan dan hutan yang berkelanjutan. Dimana hutan dapat dikelola secara lestari, tetapi juga bisa mensejahterakan masyarakat. “Lembaga tinggi kehutanan harus mampu menghasilkan the winning tim, sarjana kehutanan yang kompeten dalam pengelolaan lahan dan hutan yang berkelanjutan,” harap rektor.(as)