IPB Gelar Workshop “Rehabilitasi Lahan Terdegradasi dengan Tanaman Penghasil Energi”

Komisaris Pertamina, Susilo Siswoutomo, mengajak Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk mengembangkan bioenergi dari potensi pohon kemiri sunan. Ajakan ini disampaikan Susilo saat menjadi narasumber Workshop “Rehabilitasi Lahan Terdegradasi dengan Tanaman Penghasil Energi”, Kamis (16/4) di Auditorium Sylva Pertamina Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB). Kegiatan yang digagas oleh Direktorat Kajian Strategis dan Kebijakan Pertanian (KSKP) IPB ini dibuka secara resmi oleh Rektor IPB Prof.Dr Herry Suhardiyanto.
Susilo yang juga mantan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI ini menjelaskan, kemiri sunan memiliki keunggulan dibandingkan dengan sumber energi biomassa lainnya untuk bioenergi, antara lain dapat ditanam di lahan kritis, panen pertama empat tahun, bisa menerima tanaman tumpang sari, daunnya menyuburkan tanah dan bisa ditanam di lahan bekas tambang.
Lebih lanjut dikatakannya, jika 20 persen dari lahan kritis dan non produktif di Indonesia ditanami kemiri sunan, maka Indonesia dapat memproduksi biodiesel setara dengan 2,5 juta barel per hari. Untuk ini, diperlukan strategi yang komprehensif dan terpadu dalam menyusun rencana jangka panjang pengembangan kemiri sunan sebagai sumber biodiesel yang terkait dengan pengembangan aktivitas ekonomi baru untuk masyarakat pedesaan yang banyak menyerap tenaga kerja.
Menanggapi hal tersebut, Pakar Bioenergi IPB Prof.Dr Erliza Hambali menyampaikan IPB telah banyak mengembangkan sumber-sumber bioenergi, tidak hanya sebatas kemiri sunan, tetapi juga sumber-sumber energi yang terdapat dari berbagai tanaman penghasil minyak/lemak. “Apa pun jenis tanamannya, asalkan menghasilkan lemak, pati atau selulosa bisa menjadi bioenergi,” ungkapnya.
Dalam kesempatan ini, Prof Erliza menjelaskan beberapa jenis tanaman penghasil minyak/lemak yang bisa menjadi biodiesel, seperti minyak sawit, minyak kelapa, kemiri sunan, dan jarak pagar. Selain itu tanaman penghasil pati dan gula seperti tebu, sagu, dan singkong bisa menghasilkan bioetanol. Tanaman penghasil selulose, berupa bagas, limbah kayu dan limbah hasil pertanian lainnya bisa menghasilkan bioethanol, bio-oil, biobriquette, dan biopelet. Sementara itu, limbah organik seperti kotoran hewan, sampah, limbah pertanian, limbah rumah tangga dan limbah industri bisa menghasilkan biogas.
Terkait kemiri sunan, Prof. Erliza menjelaskan, di IPB ada sekitar empat penelitian bioenergi terkait kemiri sunan sebagai bahan baku bioenergi. Ia menyebut tantangan penerapan bioenergi di Indonesia adalah terkendala pada fluktuasi harga, ketersediaan bahan baku terbatas untuk bahan baku bioetanol, dan kontinyuitas terancam. Oleh karena itu, dibutuhkan kebijakan pengembangan teknologi lebih lanjut dari hulu sampai hilir.
Narasumber lain di acara ini diantaranya dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan (Puslitbangbun) Kementerian Pertanian RI, Kementerian ESDM RI, Pakar Energi Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI. (dh)