Pakar Burung IPB Bicara Burung Uncuing

Pakar Burung IPB Bicara Burung Uncuing

SAM_0209
Riset

Burung Kedasi atau burung Kedasih yang mempunyai siulan nyaring umumnya tidak disukai masyarakat karena dianggap kicauannya sebagai tanda kematian. Burung Kedasi adalah nama yang diberikan bagi sekelompok burung anggota suku Kangkok atau Cuculidae, atau dalam bahasa Inggris disebut Cuckoo. Nama lain yang diberikan kepada kelompok ini adalah Wiwik atau Uncuing, atau Sirit Uncuing. Jenis burung ini tak banyak yang tahu bahwa secara ekologi, bisa membantu petani.

 

Sebagian besar jenis burung Kedasi adalah pemakan serangga bahkan berani memakan jenis-jenis ulat yang tampilannya mengerikan. Dengan demikian burung-burung kedasi bisa menjadi sahabat petani, yaitu dalam hal memakan serangga yang bisa menjadi hama.

 

Demikian disampaikan oleh Pakar Burung Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (Fahutan IPB) Dr Yeni Aryani Mulyani dalam Dialog Pakar di RRI Bogor pada frekwensi 93,7 FM. 

 

Dikatakan, biasanya burung-burung ini terdeteksi dari suaranya yang nyaring tetapi jarang terlihat, sehingga tidak mudah mempelajari jenis-jenis burung ini. Burung ini tidak membuat sarang dan tidak mengerami telurnya, tetapi menitipkan telur dan pemeliharaan anaknya di sarang burung lain. Perilaku ini dikenal dengan brood parasitism atau  parasitisme anakan atau parasitisme sarang. 

 

Sebagaimana umumnya parasit, maka burung Kedasi atau Wiwik mendapatkan makanan dari inangnya, sementara inang akan menderita akibat parasitisme oleh Kedasi atau Wiwik ini. Beberapa jenis burung yang biasa menjadi inang misalnya adalah Cipoh kacat, Remetuk laut, Kipasan belang, dan jenis-jenis Perenjak dan Cinenen. Burung-burung tersebut berukuran lebih kecil daripada Kedasi. 

 

Burung Kedasi akan menitipkan telur di sarang inang yang sedang mengerami atau sedang bertelur. Biasanya burung Kedasi akan mengawasi perilaku pemilik sarang, dan ketika pemilik sarang sedang meninggalkan sarangnya untuk mencari makan, induk Kedasi akan dengan cepat menghampiri sarang serta meletakkan telurnya. Biasanya induk Kedasi akan menyingkirkan satu telur inang sebelum meletakkan telurnya sendiri. Hebatnya, telur burung Kedasi umumnya menetas lebih cepat daripada telur burung inang, sehingga ketika telah menjadi piyik, si piyik ini akan menendang keluar telur-telur lain maupun piyik yang lebih kecil dari sarang. Dengan demikian inang hanya akan membesarkan anak si Kedasi. 

 

Melihat perilaku berbiak demikian, sekilas tampaknya burung-burung Kedasi adalah burung yang kejam dan berbahaya karena dapat mengancam kelestarian burung lain. Benarkah demikian?  Perilaku burung kedasi yang menjadi parasit ditengarai terjadi pada satwa yang lain karena dipengaruhi oleh perubahan lingkungan yang rusak, pungkasnya. (wrw).