Guru Besar IPB Siap Wariskan Varietas Kentang dan Kedelai Unggul

Guru Besar IPB Siap Wariskan Varietas Kentang dan Kedelai Unggul

DSC_5292
Riset

Guru Besar Tetap Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor (FMIPA IPB), Prof Dr Ir Suharsono, DEA akan melakukan Orasi Ilmiah pada Sabtu (28/2) esok, dengan judul “Modifikasi Genetik Tanaman untuk Meningkatkan Produksi Pertanian”. Dalam konferensi pers yang digelar di Kampus IPB Baranangsiang, Kamis (26/2), Prof. Soni, begitu biasa ia disapa, memaparkan riset yang digelutinya selama 14 tahun ini, yakni tentang varietas kedelai dan kentang unggul. 

Prof. Soni berharap dengan varietas kedelai dan kentang unggul temuannya ini, bisa menjadi warisan berharga bagi rakyat Indonesia. “Gajah mati meninggalkan gading, breeder mati meninggalkan varietas unggul,” ujarnya di hadapan awak media.

 

Dikatakan, modifikasi genetik baik secara sengaja maupun tidak sengaja sudah dilakukan sejak dulu oleh nenek moyang kita untuk menghasilkan varietas yang sesuai dengan keinginan. Beberapa cara melakukan modifikasi genetik telah dilakukan mulai dari persilangan konvensional sampai dengan cara yang lebih modern, seperti melalui teknologi DNA rekombinan untuk menghasilkan suatu varietas.

“IPB mempunyai tanggung jawab untuk menghasilkan varietas unggul yang merupakan modal yang sangat penting dalam peningkatan produksi pertanian. Beberapa galur kedelai dan kentang yang mempunyai potensi yang sangat besar untuk meningkatkan produksi pertanian di Indonesia telah kami rakit. Dukungan dari pemerintah sangat diperlukan untuk pelepasan varietas, sehingga petani dapat menikmati hasil dari para akademisi,” ujarnya.

 

Galur harapan kedelai

 

Melalui cara konvensional, Prof Soni dan tim telah merakit beberapa galur kentang dan kedelai yang berproduksi tinggi dan berbiji besar dengan warna kulit biji kuning cerah. Galur-galur ini sangat potensial untuk meningkatkan produksi kedelai di Indonesia.

Impor biji kedelai untuk pangan orang Indonesia saja rata-rata sekitar 1,2 juta ton per tahun, belum termasuk impor kedelai untuk pakan. Untuk mengatasi impor kedelai, produksi nasional kedelai harus ditingkatkan.

 

“Untuk mendapatkan kultivar yang berproduksi tinggi, toleran terhadap lahan masam dan berbiji besar, kami telah mengawinkan kedelai kultivar Slamet yang toleran lahan masam dan berproduksi tinggi dengan kultivar Nokonsawon yang berbiji besar, kulit biji kuning terang tetapi berproduksi rendah. Persilangan ini menghasilkan 18 galur harapan yang diberi nama KH singkatan dari kultivar harapan yang mempunyai potensi produksi tinggi, berbiji besar dan warna kulit biji kuning cerah. Galur harapan ini siap rilis, namun lagi-lagi kami memerlukan dukungan dana untuk dapat dilepas sebagai kultivar unggul nasional, karena masih membutuhkan tahapan uji multilokasi,” ujarnya.

 

Klon harapan kentang 

 

Melalui seleksi positif dan diikuti dengan uji daya hasil dan uji kebenaran calon kultivar, Pusat Penelitian Sumberdaya Genetik dan Bioteknologi (PPSHB) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB bekerjasama dengan PT Amanah Prima Indonesia-Jakarta dan CV BA Farm-Bandung telah mengembangkan kultivar kentang untuk french fries yaitu Jala Ipam. 

“Dinamai Jala karena kulitnya berbentuk jala, dan Ipam karena dikembangkan oleh IPB dan PT. Amanah. Kultivar ini telah didaftarkan di Kementerian Pertanian berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian tanggal 21 April 2014,” ujarnya.

 

Kultivar Jala Ipam mempunyai kulit yang berjaring, daging umbi berwarna putih dengan kandungan pati yang tinggi. Umbi berukuran besar dan berbentuk lonjong sehingga sangat cocok digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan french fries.

 

“Pengembangan kentang Jala Ipam dari laboratorium sampai dengan konsumen dan siap saji (from the lab to the table) melibatkan empat pihak yang bekerja secara sinergis yaitu akademisi sebagai penyedia bibit tanaman yang sehat, penangkar benih yang memproduksi bibit dari tanaman in vitro menjadi umbi bibit, petani plasma yang memproduksi umbi kentang di lapangan dan industri yang mengolah dan memasarkan produk akhir,” terangnya.

 

Saat ini produksi umbi kentang dilakukan oleh petani di Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Garut, Kabupaten Majalengka dan Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur (NTB). 

“Selain Jala Ipam, kami mempunyai koleksi aksesi, galur, kultivar atau klon kentang yang sangat banyak. Plasma nutfah kentang ini sangat penting untuk pembentukan kultivar yang baru. Saat ini beberapa klon sudah menghasilkan umbi Go untuk digunakan sebagai bahan uji multilokasi untuk pelepasan kultivar kentang yang unggul baik untuk kentang sayur, kentang untuk keripik maupun kentang untuk french fries,” ujar Prof Soni .

 

Jala Ipam adalah salah satu komoditas yang akan dikembangkan menjadi industri french fries yang sepenuhnya dilakukan oleh rakyat Indonesia mulai dari penyediaan kultivar, penyediaan bibit, produksi umbi sampai dengan pemrosesan dan pemasaran.(zul)