Biofarmaka IPB Memperkenalkan Teknik Sidikjari Kromatografi Jamu

Biofarmaka IPB Memperkenalkan Teknik Sidikjari Kromatografi Jamu

P1170633
Berita
Teknik sidikjari sudah lama digunakan oleh Kepolisian Negara untuk melakukan penyidikan tindak kriminal, karena sidikjari dapat digunakan sebagai bukti yang otentik.  Seperti tak mau ketinggalan, Pusat Studi Biofarmaka (PSB) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB memperkenalkan teknik sidikjari kromatografi untuk evaluasi jamu.  
 
Seperti yang diutarakan Rudi Heryanto, SSi, M.Si, peneliti dari PSB IPB, di sela-sela Workshop on Herbal Quality Control: Sample Preparation and Thin Layer Chromatography Fingerprint for Sample Identification, di IICC belum lama ini.  Rudi menganalogikan, kunyit dan temulawak ketika sudah diekstrak akan sulit dibedakan karena warnanya sama kuning, sehingga untuk membedakannya perlu teknik khusus, yaitu teknik sidikjari kromatografi.
 
Lebih jauh Rudi menjelaskan berbagai cara dapat digunakan untuk memperlihatkan komposisi kimiawi dari suatu tumbuhan obat. Kromatografi pada dasarnya adalah suatu cara memisahkan campuran senyawa kimia menjadi komponen-komponen penyusunnya. Analogi kasarnya adalah kromatografi seperti tetesan air hujan yang dapat menguraikan cahaya putih matahari menjadi warna pelangi. Adapun sidikjari kromatografi artinya pola-pola komposisi kimiawi dari suatu campuran yang diperlihatkan oleh teknik kromatografi.  Pola-pola komposisi kimiawi ini, umumnya khas untuk satu tumbuhan obat tertentu, sehingga hal ini dapat dimanfaatkan untuk menunjukkan perbedaan ragam kandungan kimiawi dari berbagai tumbuhan obat.
 
Berbagai  manfaat kesehatan tumbuhan obat ditentukan oleh beragam kandungan kimiawi di dalamnya.  Satu tumbuhan obat dapat memiliki komposisi kimia yang berbeda apabila tumbuh di lingkungan yang berbeda. Workshop ini menghadirkan tiga pembicara kunci: Dr. M. Rafi (Pusat Studi Biofarmaka IPB), Dr. Chaidir Amin (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi/BPPT) dan Thomas Behr dari Heidolph. (wly)