Penggunaan Tanaman Rekayasa Genetik Harus Berdasarkan Hasil Penelitian
Upaya penggunaan tanaman hasil rekayasa genetika untuk mendukung terwujudnya kedaulatan pangan harus dibarengi dengan hasil-hasil penelitian dan pengembangan yang efektif serta efisien. “Hal ini untuk meminimalisir polemik tentang penggunaan tanaman hasil transgenik di tengah masyarakat. Jangan sampai energi kita habis karena polemik tersebut. Kajian pemanfaatan tanaman hasil rekayasa genetika untuk menjawab berbagai kendala produksi di lapang perlu segera dilakukan secara terkoordinasi,” kata Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. Ir. Herry Suhardiyanto, MSc dalam acara Temu Pakar Biokteknologi 2012, Selasa (10/7) di IPB International Convention Center. Kegiatan yang mengangkat tema “Tanaman Hasil Rekayasa Genetika Versus Tantangan Ketahanan Pangan” ini diselenggarakan Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB dan didukung Direktorat Riset dan Kajian Strategis IPB. Selama ini kajian pemanfaatan masih dilakukan masing-masing lembaga penelitian sehingga kurang terintegrasi.
Di masa mendatang, lanjut Rektor, bioteknologi terutama rekayasa genetik diharapkan memberikan kontribusi nyata dalam rangka mewujudkan kedaulatan pangan di Indonesia. “Seluruh komponen bangsa Indonesia harus memikirkan kedaulatan pangan demi masa depan bangsa. Peran praktisi dan peneliti bioteknologi sangat strategis dalam membantu mewujudkan kedaulatan pangan khususnya berkaitan riset, pengembangan dan penggunaan tanaman hasil rekayasa genetika serta produk bioteknologi lainnya di Indonesia,” jelas Rektor. Selain itu, kewajiban para peneliti bioteknologi pula memberikan sosialisasi mengenai keamanan produk bioteknologi kepada masyarakat.
Hal senada juga disampaikan Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB, Dr.Agus Purwito. Menurut Dr.Agus masalah penyediaan pangan akhir-akhir ini menjadi isu yang semakin penting seiring dengan semakin tingginya laju konversi lahan pertanian tanaman pangan menjadi lahan non pertanian,degradasi sumberdaya lahan, produktivitas yang mulai levelling off dan perubahan iklim global yang berdampak negatif terhadap produksi pangan.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja produksi pangan dengan jalan peningkatkan penggunaan teknologi baru, perakitan varietas baru, perbaikan sarana prasarana produksi, menekan laju konversi dan mencetak lahan pangan baru. “Tak kalah penting adalah peningkatkan produksi melalui bioteknologi. Kami berharap dari Temu Pakar Bioteknologi 2012 ini dirumuskan langkah bersama di masa depan. Tentunya, partisipasi aktif stake holder di Indonesia sangat diharapkan dalam kegiatan ini,” kata Dr.Agus. Kegiatan yang dihadiri 250 peserta dari berbagai lembaga penelitian, perguruan tinggi dan perusahaan multinasional ini juga menggelar pameran poster hasil-hasil penelitian rekayasa genetika tanaman dan bioteknologi pada umumnya. (ris)