Pikiran Mempengaruhi Kesehatan Seseorang

Pikiran Mempengaruhi Kesehatan Seseorang

Berita

Setiap ilmuwan sepakat bahwa pikiran (mind) dapat mempengaruhi fungsi mekanisme tubuh dan keseimbangan kimia yang kemudian dapat mempengaruhi kesehatan manusia. “Bila pikiran sedang terganggu atau dalam kondisi sedang berpikiran negatif akan menyebabkan ketidakseimbangan tubuh atau biasa disebut disease,” ujar mantan Guru Besar Ilmu Pangan Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. F.G.Winarno dalam acara 1st Indonesian Food Bowl Quiz Competition 2011 dan Seminar Nasional ‘Meneropong Masa Depan Industri Pangan Indonesia’, Sabtu (21/5) di Kampus IPB Darmaga.

Keadaan pikiran manusia  juga erat kaitannya dengan pelepasan jumlah enzim telomerase. Enzim telomerase adalah enzim yang berfungsi dalam melindungi telomer dan mengurangi kerusakan DNA yang diyakini memberi kontribusi pada proses penuaan.  Semakin  tinggi jumlah enzim telomerase, maka  proses penuaan tertunda dan tubuh lebih awet muda. “Jumlah enzim telomerase berkurang bila kondisi kita sedang marah, dengki, sakit hati, patah hati dan luka batin. Jumlah enzim bertambah bila kita sedang bahagia, ketawa, sedang jatuh hati, sedang menang lomba, setelah meditasi, retreat, kontemplasi dan relaksasi,” papar Prof. Winarno.

Dalam kesempatan itu Prof. Winarno menghimbau mahasiswa untuk mempelajari ilmu nano teknologi agar tidak ketinggalan pengetahuan. Ilmu ini sudah diaplikasikan dalam industri makanan dan minuman sebesar 10 persen. Terbanyak diaplikasikan di industri kosmetika yakni sebesar 60 persen. “Nanotechnology sudah masuk dalam food chain dan biasa disebut Bionanotechnology (BioNT),” imbuh Rektor Universitas Atmajaya tersebut.

Pembicara lain,  Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI), Adhi S. Lukman mengatakan investasi di industri makanan dan minuman di Indonesia pada tahun 2010 menempati posisi 2 terbesar. Nilai pertumbuhan industri pangan Indonesia saat ini mencapai 10-11 persen. “Peluang investasi industri makanan dan minuman di Indonesia masih sangat menjanjikan, sayangnya hampir sebagian besar bahan bakunya masih diimpor dari luar negeri,” ungkap Adhi. Adhi menyebutkan bahan baku yang masih diimpor tersebut diantaranya: tepung terigu, garam, kedelai, susu, jagung dan sebagainya.

Hal senada disampaikan Pemimpin Redaksi Food Review, Suseno Hadi Purnomo. Hampir seluruh bahan baku industri masih diimpor. Menurut Seno yang menarik  ditemukan fakta bahwa hampir 80 persen isi keranjang belanja masyarakat Indonesia tidak ada dalam shopping list, konsumsi protein Indonesia terendah di ASEAN, tiga sumber protein dan karbohidrat utama  masih impor. “Semua ini terjadi bukan karena Indonesia tidak mampu memproduksi, namun karena efek pemanasan global yang menyebabkan kegagalan panen. Di samping kesepakatan perdagangan bebas yang menyebabkan komoditas pangan bisa bebas keluar masuk dalam suatu negara dan proses produksi bisa dimana saja,” papar Seno. (ris)