Daun Alpukat Mampu Obati Batu Ginjal

Daun Alpukat Mampu Obati Batu Ginjal

Berita

Selain penyakit diabetes, penyakit batu ginjal merupakan salah satu penyakit  yang mengganggu kesehatan masyarakat di Indonesia. Menurut Asnaldi (2008) penderita penyakit batu ginjal diperkirakan sebesar 13 persen pada laki-laki dewasa dan 7 persen pada perempuan dewasa di Indonesia. Akibat terburuk batu ginjal menyebabkan  kerusakan ginjal permanen atau uremia.

 Pemberian obat diuretik (obat penambah kecepatan pembentukan urin) mampu meluruhkan  batu ginjal berukuran kurang dari 5 milimeter. Sedangkan  batu ginjal berukuran lebih dari 5 milimeter dapat diobati dengan menggunakan Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL), Percutaneous Nephrolithotripsy (PCNL) dan Ureteroscopy. Teknik ESWL ini menggunakan gelombang  yang dapat menghancurkan ginjal dari luar tubuh pasien. Teknik ini relatif aman, tidak melukai pasien, tanpa pembiusan dan tanpa rawat inap. Metode pengobatan PCNL dengan jalan membuat lubang untuk mengeluarkan batu ginjal. Kedua metode baik ESWL maupun PCNL tidak bisa dijangkau semua orang karena cukup mahal dan rumah sakit belum banyak yang  memiliki fasilitas pengobatan tersebut.

Penggunaan ekstrak daun alpukat atau Persea americana memberikan alternatif pencegahan terbentuknya kristal yang akan menjadi batu ginjal. Secara empiris, masyarakat telah menggunakan daun alpukat   sebagai obat penurun tekanan darah tinggi, kencing manis (diabetes) dan batu ginjal. Sayangnya penelitian tentang daun alpukat masih sangat terbatas, sehingga belum banyak informasi ilmiah mengenai aktifitas farmakologinya. Beranjak dari sinilah, Peneliti dari Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan yang terdiri dari Dr.Ietje Wientarsih, Rini Madyastuti P, Bayu Febram Prasetyo dan Lina Noviyanti  tergelitik untuk meneliti kemampuan daun alpukat untuk menghambat pembentukan kristal ginjal.

“Penelitian ini bertujuan memberikan informasi kemampuan diuretik  ekstrak etanol daun alpukat dan daya hambatnya terhadap proses pembentukan kristal ginjal khususnya kalsium oksalat serta pengembangan daun alpukat menjadi herbal terstandar atau fitofarmaka,” ujar Dr. Wientarsih.  Kalsium Oksalat merupakan jenis batuan yang paling banyak ditemui 75-80 persen dari seluruh batuan ginjal.
 
Penelitian ini dilakukan selama 2 tahun. Pada tahun pertama, telah  diuji aktivitas ekstrak etanol dalam menghambat kristal ginjal yang diinduksi oleh zat kimia tertentu. Pengujian ini menggunakan metode . Penelitian ini menggunakan 20 hewan percobaan tikus putih jantan Sprague Dawley. Tikus dibagi dalam tiga kelompok yakni  normal, furosemid dan perlakuan. Kelompok normal (K1), tidak mendapat perlakuan apa pun. Kelompok positif (K2), tikus yang diinduksi dan diberi furosemid. Kelompok perlakuan (K3 dan K4), tikus yang diinduksi dan dicekok ekstrak etanol daun alpukat dengan dosis berbeda.  Pengukuran volume urin dilakukan pada jam ke-5 dan jam ke-24. “Hasilnya menunjukan kelompok K3 memberikan aktivitas diuretik dan menghambat pembentukan kristal ginjal lebih baik dibanding kelompok furosemide. Ini artinya, pada dosis tersebut ekstrak daun alpukat mampu menghambat pembentukan kristal yang lebih baik dibanding furosemide,” papar Dr.Wientarsih.

Pada tahun kedua, ekstrak etanol daun alpukat ditapis menggunakan pelarut etil asetat dan n-heksan. Selanjutnya, fraksi etil asetat dan n-heksan ekstrak etanol daun alpukat diujikan pada tikus. Hasilnya, fraksi ini memberikan aktivitas diuretik dan hambatan kristal ginjal paling optimum dibanding obat furosemide. “ Di dalam ekstrak daun alpukat mengandung senyawa  flavonoid dan kalium yang mampu meluruhkan kristal ginjal,”tandas Dr.Wientarsih 

Ekstrak daun alpukat dibuat sediaan farmasi menjadi 3 formula tablet dengan metode granulasi basah dan 3 formula eliksir (sirup manis encer).  Tiga formula tablet dibandingkan waktu hancur berdasarkan variabel konsentrasi polivinilpirolidon (PVP) K30 yaitu 2,5 gram, 5 gram, dan 7,5 gram. Formula PVP K30 2,5 gram mempunyai waktu hancur yang memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia yaitu 14,21 menit. Sementara, tiga formula eliksir yang diujicobakan masing-masing mempunyai konsentrasi alkohol 5 persen, 7,5 persen dan 10 persen. Formula dengan alkohol 7,5 persen, menunjukkan kestabilan berat jenis dan viskositas eliksir terbaik.  (ris)

Nomor HP Dr.Itje Wientarsih 08129603292