BGTC: BI Permudah Akses ke Bank

BGTC: BI Permudah Akses ke Bank

Berita

 Ada beberapa kebijakan perbankan yang diterapkan oleh Bank Indonesia dalam menghadapi krisis keuangan global. Yakni dengan mempermudah tata cara dalam pembukaan kantor bank termasuk bank syariah. 

Ini dilakukan untuk menjaga fungsi intermediasi perbankan serta meningkatkan penyaluran Kredit Usaha Rakyat  (KUR) dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Agar tumbuh secara signifikan BI memberikan beberapa ketentuan yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan perbankan dalam menyalurkan kredit. ”Hal ini juga dimaksudkan agar akses ke bank menjadi lebih mudah,” ujar Dr. Agusman MBA, Peneliti Eksekutif Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankkan (DPNP) Bank Indonesia dalam ceramahnya saat berlangsung 4th Banking Goes To Campus (BGTC) 2009 di IPB (24/5). 

Menurut Dr. Agusman, dampak dari krisis global terhadap perbankan Indonesia cenderung terbatas. Hal ini dikarenakan adanya ketentuan yang melarang perbankan untuk melakukan penanaman pada saham, melarang aktivitas universal banking lainnya dan melarang penanaman pada real estate. 

”Perbankan Indonesia telah banyak belajar dari krisis tahun  1997/1998. Hal ini terlihat dengan relatif rendahnya rasio kredit macet (Non Performing Loan/NPL) dan Posisi Devisa Netto (PDN), cukup tingginya rasio permodalan (CAR) dan Loan Deposit Rasio (LDR) yang tidak terlalu tinggi, namun LDR yang terus menerus rendah dapat kontraproduktif terhadap pertumbuhan kredit dan pada gilirannya terhadap pertumbuhan ekonomi. Salah satu tantangan akhir-akhir ini adalah rendahnya pertumbuhan kredit” ujarnya.  

 ”Sehingga dirasa perlu untuk menentukan kebijakan yang dapat memudahkan penyaluran kredit,” tambahnya. 

Serupa dengan tahun sebelumnya, kegiatan yang termasuk rangkaian Dies FEM IPB ini, BGTC ini digelar agar mahasiswa mendapatkan ilmu ekonomi khususnya dunia perbankan dari pelakunya. Yakni dengan menghadirkan Bank Indonesia, Bank Mandiri, Bank Muamalat dan Bank Syariah Mandiri. 

Sementara itu, menurut Bank Syariah Mandiri, saat ini masih banyak usaha mikro yang tidak feasible atau bahkan bankable. Ini dikarenakan lemahnya wawasan pelaku usaha mikro untuk mengakses kredit perbankan.(zul)