IPB Kembangkan Bahan Bakar dari Mikroalga
Institut Pertanian Bogor (IPB) mengembangkan mikroalga atau ganggang mikro sebagai sumber energi terbarukan (renewable energy). Ini terungkap dalam Oil Algae Seminar : The Next Prospective Environmental Biofuel Feedstock Selasa (26/8) di IPB International Convention Center (IICC). "Sejumlah mikroalga telah dikembangkan untuk bahan baku kosmetik dan farmasi, namun aplikasinya untuk pengembangan biofuel masih jarang dilakukan," kata Peneliti Surfactant and Bioenergy Research Center (SBRC) IPB Ir. Mujizat Kawaroe, M.Si.
Mikroalga merupakan kelompok tumbuhan berukuran renik, baik sel tunggal maupun koloni yang hidup di seluruh wilayah perairan air tawar dan laut.
Mikroalga lazim disebut fitoplankton. Mikroalga saat ini menjadi salah satu alternative sumber energi baru yang sangat potensial. Makanan utama mikroalga ialah karbondioksida. Ia mampu tumbuh cepat dan dipanen dalam waktu singkat yakni 7-10 hari. Kegiatan kultivasi tumbuhan produsen primer ini menghemat ruang (save space), memiliki efisiensi dan efektivitas tinggi. Panen mikroalga minimal 30 kali lebih banyak dibandingkan tumbuhan darat. Untuk mendapatkan satu liter biofuel dibutuhkan 5 ton mikroalga. Jumlah bahan baku ini termasuk masih sedikit.
Di dunia ini ada empat kelompok mikroalga antara lain: diatom (Bacillariophyceae), ganggang hijau (Chlorophyceae), ganggang emas (Chrysophyceae), dan ganggang biru (Cyanophyceae). Keempatnya bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku biofuel.
Dari ratusan jenis mikroalga Indonesia, SBRC IPB telah melakukan penelitian kandungan senyawa bioaktif mikroalga yang ideal sebagai bahan baku biofuel. Beberapa diantaranya Chlorella dan Dunaliella. Chlorella ini memiliki kandungan lemak dan karbohidrat masing-masing adalah 14-22 persen dan 17 persen . Sementara Dunaliella masing-masing 6 persen dan 32 persen. SBRC IPB juga meneliti kandungan minyak mentah mikroalga (crude alga oil) Chlorella (17 persen), Dunaliella salina (23 persen), Isochrysis galbana (20-35 persen), dan Nannochloropsis oculata (31-68 persen). Menurut Mujizat karakteristik spesies mikroalga ideal yang dikembangkan menjadi biofuel antara lain: memiliki kandungan lemak tinggi, adaptif terhadap perubahan lingkungan dan cepat laju pertumbuhannya.
IPB juga telah memperbandingkan produksi biofuel per luas wilayah kultivasi antara lain: mikroalga A (136.900 liter per hektar), mikroalga B (58.700 liter per hektar), kelapa sawit (5.960 liter per hektar), kelapa (2.689 liter per hektar), jarak pagar (1.892 liter per hektar), kedelai (44 liter per hektar) dan jagung (172 liter per hektar).
Selanjutnya, Mujizat menjelaskan proses pembuatan mikroalga menjadi biofuel. "Pertama-tama dilakukan identifikasi dan isolasi mikroalga. Mikroalga kemudian dikembangbiakkan (kultivasi) dan dipanen. Selanjutnya dilakukan ekstraksi (pemisahan) dengan pelarut hexan atau dietil eter. Metode ekstraksi bisa dipilih sesuai kebutuhan. Mikroalga siap diperoleh,"ujar Staf Pengajar Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB ini.
Direktur Utama PT. Diatoms Cell Bioenergy, Dudy Christian menyampaikan prospek dan nilai ekonomi pengembangan biofuel mikroalga. "Kondisi iklim tropis Indonesia dengan cahaya matahari sepanjang tahun sangat sesuai untuk kehidupan mikroalga. Mikroalga sangat prospektif dikembangkan di Indonesia."
Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan IPB, Prof.Dr.Yonny Koesmaryono, MS menambahkan dua per tiga luas wilayah Indonesia terdiri dari perairan. "Pengembangan biofuel dari mikroalga sangat cocok untuk Indonesia yang luas perairannya lebih luas dibanding daratan."
Terkait upaya pengembangan biofuel dari mikroalga, SBRC IPB melakukan penandatanganan naskah kerjasama (Memorandum of Understanding/ MoU) dengan PT. Diatoms Cell Energy, Biomac Corporation.Sdn. Bhd. (Malaysia) dan Supreme Biotechnologies, Ltd (New Zealand). "Melalui MoU ini diharapkan kinerja produktif bangsa Indonesia, dan masyarakat dunia, dalam upaya mengembangkan renewable energy akan semakin terwujud nyata," imbuh Prof. Yonny.
Hadir sebagai pembicara dalam seminar tersebut antara lain: Dr.Tri Prartono (Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan IPB), Suriyanto (PT.Enviromate Technology International), Syed Isa Syed Alwi (Biomac Corporation, Malaysia), Tony Dowd (Supreme Biotechnologies Ltd., New Zealand), dan Tara F.Khaira.(ris)