Suasana Hari Pertama Kerja di IPB

Suasana Hari Pertama Kerja di IPB

Berita

Suasana kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) pada hari pertama kerja usai cuti bersama Idul Fitri 1428 H, Senin (22/10), tampak ramai. Kegiatan civitas academica sudah berlangsung seperti biasanya.

Para mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) misalnya, sejak pukul 08.00 WIB telah memenuhi ruangan kelas untuk mengikuti perkuliahan, setelah sebelumnya mereka bersalaman saling bermaafan. Begitu pula mahasiswa di delapan fakultas lainnya.

Hal yang sama juga terlihat di ruang-ruang staf pegawai. Usai halal-bihalal diantara mereka, kesibukan kerja mulai mengiringi aktivitas mereka di hari pertama kerja ini.

Sementara itu, kegiatan tahunan berupa Halal-bihalal Warga IPB akan dilangsungkan pada hari Selasa (23/10) di Gedung Graha Widya Wisuda. Acara akan diisi dengan Pidato Rektor, taushiyah atau ceramah agama oleh Dr. drh. H. Hasim, DEA, Wakil Dekan F-MIPA IPB.

Satu hal menarik pada acara tersebut yakni dalam pidatonya rektor akan memperkenalkan tujuh orang calon Rektor IPB. Sebatas diketahui, tanggal 22-27 Oktober 2007 ini merupakan masa sosialisasi para calon rektor.

Untuk hal ini, lingkungan kampus pun mulai terlihat ramai dengan telah terpasangnya spanduk, poster dan atribut sejenis yang berisi dukungan pada masing-masing calon rektor. Meski masa sosialisasi akan berakhir tanggal 27 Oktober, namun spanduk dan poster-poster itu tidak akan dicabut sampai dengan tanggal 12 November 2007, yaitu setelah debat publik yang juga diadakan pada tanggal 12 November 2007.

Kepala Kantor Prohumasi IPB, drh. Agus Lelana, SpMp, M.Si., bertutur, budaya kerja di Kampus IPB senantiasa penuh kedisiplinan dan rasa tanggung jawab. Karenanya, meski masih diliputi suasana lebaran, kerja bagi pegawai dan kuliah bagi mahasiswa tetap berjalan aktif dan efektif.

Pada bagian lain, Agus Lelana memberikan pandangannya pada tradisi tahunan yang biasa terjadi di sekolah-sekolah pada umumnya. Dimana usai halal-bihalal, para siswa tidak langsung mengikuti kegiatan belajar mengajar, melainkan dibubarkan pulang.

"Kebiasaan tersebut sangat tidak mendidik. Bahkan justru memberi peluang pada mereka untuk berbuat yang tidak semestinya, misalnya saja mereka beramai-ramai main ke mall sekadar nongkrong dan lain sebagainya," kata Agus seraya mengatakan, seyogyanya pihak berwenang dapat mengambil tindakan pencegahan sekaligus perbaikan untuk hal ini. (nm)