Stress dan Strategi Koping Keluarga Korban Tsunami di NAD

Stress dan Strategi Koping Keluarga Korban Tsunami di NAD

Berita

21_400Musibah gempa bumi dan tsunami telah menghilangkan 236.116 jiwa, 515 ribu jiwa mengungsi dan anak yatim 1100 anak. Sebanyak 44,1 persen masyarakat Aceh kehilangan mata pencarian. Jumlah penduduk miskin meningkat tajam pasca gempa bumi dan tsunami yaitu 65 persen dari jumlah total penduduk Aceh. Meski sudah tiga tahun berlalu, traumanya kini masih dirasakan.

Kehidupan keluarga normal Aceh, tiba-tiba terganggu dengan berbagai persoalan seperti kurangnya bahan pangan, pelayanan kesehatan terganggu, sarana pendidikan hancur, rumah rata, kehilangan harta, dan pekerjaan. Kondisi ini mempengaruhi psikologis warga. "Semua ini terjadi tak disangka sehingga menyebabkan kebingungan dan stress," ujar Mahasiswa S3 Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Institut Pertanian Bogor (IPB), Siti Maryam ketika presentasi disertasinya ' Strategi Koping Kelaurga yang Terkena Musibah Gempa dan Tsunami di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Rabu (22/8) di Kampus IPB Darmaga Bogor.

Untuk mengatasi stress ini, Siti menyarankan strategi 'koping' keluarga. Koping keluarga adalah respon perilaku positif yang digunakan keluarga untuk memecahkan suatu masalah atau mengurangi stress yang diakibatkan peristiwa tertentu. Respon positif itu akan diolah sedemikian rupa, sehingga menghasilkan suatu perilaku koping yang bertujuan untuk mengurangi bahaya dari lingkungan sekitar, mengatur dan bertahan pada realitas yang ada, memelihara self-image positif, mengatur keseimbangan emosi serta membina hubungan baik dengan pihak lain.

Keluarga diharapkan mampu berperan dalam menyelesaikan masalah melalui strategi koping efektif. "Strategi koping yang dilakukan keluarga dalam penelitian saya diadopsi dari model Lazarus dan Folkman. Strategi ini berpusat pada masalah dan emosi," jelas Staf Pengajar Universitas Malikussaleh Lhokseumawe NAD dihadapan komisi pembimbing yang terdiri dari Dr.Ir.Dadang Sukandar, M.Sc, Dr.Ir.Suprihatin Guhardja, MS, Prof.Dr.Pang S.Asngari dan Dr.Ir. Euis Sunarti, MS. Dan Dewan Penguji yang terdiri dari Dr. Ir. H. Ahmad Humam Hamid, MA, Dr. Ir. Diah K. Pranadji, MS .

Hasil penelitian menunjukkan hanya 44,2 persen keluarga melakukan strategi koping yang berfokus pada masalah tergolong tinggi. Sedangkan keluarga yang melakukan strategi koping berfokus masalah dan emosi hanya 18.1 persen. Variabel yang berpengaruh nyata terhadap strategi koping berfokus masalah pada penelitian ini antara lain; masalah kesehatan, stres kognitif, dukungan sosial, tipologi keluarga janda janda dan tipologi duda. Variabel yang berpengaruh nyata terhadap strategi koping berfokus emosi antara lain; kepribadian, dukungan sosial, umur kepala keluarga dan jumlah anggota keluarga.

Permasalahan yang berhasil ditemukan pada 138 responden mencakup pangan, kesehatan, pendidikan, perumahan, pakaian dan penghasilan. Permasalahan pangan terbesar yang dialami keluarga setahun pasca gempa dan tsunami adalah tidak adanya pangan hewani dalam menu makanan. Persoalan kesehatan terbanyak yakni sulitnya membayar obat-obatan. Mayoritas tumah hunian keluarga kurang memadai. Dari aspek penghasilan, keluarga menyatakan penghasilan kurang memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Desain penelitian Siti menggunakan cross-sectional dan retrospective study. Siti mengambil data kondisi yang dialami keluarga setahun setelah terjadinya gempa dan tsunami. Pengumpulan data kuesioner yang dilaksanakan bulan Mei sampai Juli 2006 berlokasi di Kecamatan Kuta Alam dan Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh. "Kedua tempat tersebut dipilih karena mengalami musibah gempa dan tsunami paling parah dibanding lokasi lain," imbuh Siti.

Dalam kesempatan itu Dekan Sekolah Pasca Sarjana IPB memberikan kesempatan Bupati Bireuen NAD, Dr.Nurdin Abdul Rahman yang hadir mewakili Gubernur NAD menyampaikan sambutan khusus. " MAsyarakat NAD sebenarnya mengalami dua bencana yakni bencana konflik (Gerakan Aceh Merdeka-Republik Indonesia) dan bencana alam (gempa bumi dan tsunami). Dua bencana ini membuat tekanan mental yang cukup berat bagi masyarakat NAD," kata Nurdin. Ia mengisahkan bahwa dirinya bahkan melihat langsung tindak kekerasan akibat konflik GAM-RI. Menurutnya, strategi koping sangat membantu masyarakat NAD untuk keluar dari tekanan psikis berat.

"Strategi koping keluarga hasil penelitian Siti Maryamjuga bisa diaplikasikan tidak hanya untuk masyarakat NAD, namun juga masyarakat Indonesia lain yang terkena bencana seperti Lumpur Lapindo Sidoarjo Jawa Timur, gempa bumi di Bantul Yogyakarta serta bencana lainnya," kata Pria yang pernah menjadi salah satu negosiator GAM dalam Perjanjian Helsinki tersebut. (ris)