Lampu Sorot dan Perburuan Ancam Kelangsungan Kumbang Lucanid
Lampu sorot yang dipasang di sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Gunung Salak dan perburuan mengancam kelangsungan hidup kumbang lucanid (Lucanidae). Pada malam hari, lampu penerangan tadi menarik perhatian kumbang-kumbang lucanid. Kumbang bertanduk ini terbang mengitari lampu. Oleh masyarakat, kondisi tersebut dimanfaatkan untuk memburu kumbang yang terperangkap.
Sebanyak 9.180 ekor dari 12 spesies kumbang lucanid terkumpul dan dijual pedagang selama setahun. Spesies yang paling banyak terkumpul, salah satunya yang bernilai jual tinggi yaitu Allotopus rosenbergi (25.5 %). Dua spesies lain yang bernilai harga jual tinggi adalah Dorcus buchepalus dan Prosopocoilus decipen. Dua spesies ini jarang tertangkap. Perburuan dan penangkapan serangga yang berlebihan untuk diperdagangkan merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan terjadinya penurunan populasi drastis serangga tersebut. Beberapa spesies bernilai ekonomis tinggi dari ribuan hingga jutaan rupiah. “ Kegiatan perburuan dan gangguan ekosistem kumbang lucanid oleh masyarakat dalam jangka panjang akan bisa mengakibatkan kepunahan kumbang ini,” kata Roni.
Kumbang ini sering menjadi bahan komoditi hiasan dan benda kolektif bermutu tinggi. Selain perburuan, ancaman berasal dari penebangan liar, pengambilan kayu, dan alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian. “Masyarakat tak hanya mengambil kumbangnya, bahkan larvanya pun diambil,” ungkap Roni Koneri, Mahasiswa S3 Program Studi Biologi Institut Pertanian Bogor (IPB) di tengah sidang terbukanya Kamis (18/1) di Kampus IPB Darmaga. Disertasi dibawah bimbingan Dr. Dedy Duryadi Solihin, Dr. Damayanti Buchori, dan Prof. Rudy C. Tarumingkeng ini bertajuk ‘ Bioteknologi dan Konservasi Kumbang Lucanid (Coleoptera: Lucanidae) di hutan Gunung Salak, Jawa Barat’.
Ia sangat berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem Gunung Salak. Ia bersifat saproxylic yaitu sebagai pengurai bahan organik (kayu mati) di hutan. Peran ekologis kumbang ini sebagain besar terjadi pada fase larva.
Pada fase tersebut, kumbang lunacid hidup di dalam kayu-kayu lapuk dan tunggul-tunggul kayu. Larva menghancurkan material batang kayu lapuk menggunakan rahangnya untuk mencapatkan makanan. Tidak hanya kumbang dewasa, masyarakat juga memburu larvanya dengan cara membongkar dan menghancurkan kayu-kayu lapuk di hutan tempat bersarangnya. (ris)