Program PMT IPB diharapkan Jadi Model Kampus Lain

Program PMT IPB diharapkan Jadi Model Kampus Lain

Berita

Program pemberian makanan tambahan (PMT) atau feeding program bagi mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) Institut Pertanian Bogor (IPB) bisa jadi model bagi perguruan tinggi lain dalam membangun insan cerdas dan kompetitif. Demikian dikatakan Hanafi yang mewakili Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti), saat berbicara dalam seminar “Feeding Program for Needy Student ” di ruang Sidang Rektor Gedung Rektorat Kampus IPB Darmaga, Selasa (19/12).

“Tentu saja harus kita lihat juga kondisi masing-masing kampus. Namun yang jelas, saya akan laporkan feeding program ini pada pimpinan untuk menjadi bahan diskusi. Karenanya saya berharap, IPB tetap jadi motivator di masa depan,” kata Hanafi.

Seminar yang diselenggarakan atas kerjasama Departemen Gizi Masyarakat, Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Southeast Asian Food And Agricultural Science And Technology (SEAFAST) Center tersebut, dihadiri antara lain oleh Wakil Rektor III IPB Prof.Dr.Ir. Yusuf Sudo Hadi, M.Agr., Direktur Kemahasiswaan IPB Dr. Rimbawan dan para pelaku industri pangan.

Sebelumnya, Koordinator Feeding Program Mahasiswa TPB IPB, Dr.Ir. Budi Setiawan, M.S., menjelaskan, studi yang dilakukan di Asrama IPB pada mahasiswa baru tahun 2002/2003 menunjukkan masih tingginya prevalensi anemia dan gizi kurang. Pada kelompok mahasiswi ditemukan anemi 41,8% dan gizi kurang 7,3%. Sedangkan pada kelompok mahasiswa ditemukan anemi 43,1% dan gizi kurang kurang 28,7%.

Dikatakan, program PMT yang baru pertama kali dilakukan ini telah dilaksanakan pada bulan November 2005 sampai April 2006. Mahasiswa yang dilibatkan dalam program ini adalah mahasiswa TPB IPB, (Indeks Masa Tubuh (IMT) kurang dari 25,0 dan uang saku kurang dari Rp 500.000 per bulan.

Di tempat yang sama, Wakil Rektor III IPB, Prof.Dr.Ir. Yusuf Sudo Hadi, M.Agr., menyampaikan penghargaan kepada tim program PMT. Menurutnya, kegiatan program PMT ini telah berlangsung dengan baik. Kekhawatiran kalau program ini dapat menimbulkan perasaan kurang nyaman atau adanya gap pembatas antara mahasiswa yang mampu dan tidak mampu, ternyata tidak terjadi.

“Usul dari kami, program PMT ini dapat terus berlanjut dengan memperhatikan variasi rasa dan jenis pangan serta waktu pemberiannya,” tegas Prof. Yusuf.

Sementara itu, para pelaku industri yang hadir mengemukakan, kerjasama mereka dengan IPB dalam rangka program PMT ini memberikan pelajaran penting. Seperti dituturkan Umar dari Ratna Bakery “Selama ini kami menjual produk hanya memperhatikan rasa dan bentuk saja. Setelah bekerjasama dengan IPB, ternyata faktor gizi pun harus diperhitungkan,”. (nm)