Potensi Ekspor Nenas Segar Indonesia
Nenas berpotensi menjadi komoditas andalan ekspor Indonesia. Pada tahun 2000-2004, produksi dan ekspor nenas segar Indonesia terus mengalami peningkatan, namun proporsi peningkatan diantara keduanya tidak sebanding. Di lain pihak, peran Indonesia, baik sebagai produsen maupun eksportir nenas segar di pasar internasional masih kecil.
Dosen muda Institut Pertanian Bogor (IPB), Suprehatin, SP., mengemukakan hal itu dalam penelitiannya berjudul Analisis Daya Saing Ekspor Nenas Segar Indonesia. Hasil penelitiannya tersebut ia sampaikan pada seminar hasil-hasil penelitian dosen muda IPB, di Ruang Sidang LPPM IPB, Kamis (16/11).
Dijelaskan, faktor-faktor yang diduga mempengaruhi daya saing ekspor nenas segar Indonesia ke negara-negara tujuan ekspor, antara lain volume ekspor nenas, harga ekspor nenas, nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara pengimpor dan volume ekspor nenas olahan Indonesia dan produksi nenas segar dalam negeri.
Menurutnya, pangsa pasar nenas segar Indonesia akan meningkat seiring peningkatan volume ekspor nenas segar Indonesia. Meskipun demikian, pada tahun 2004, presentase ekspor terhadap produksi nenas segar Indonesia relatif kecil, yakni 0,3 persen dari total produksi nenas sebesar 709.918 ton.
“Hal ini disebabkan secara keseluruhan pasar hortikultura di dalam negeri mulai membaik setelah pasca krisis, sehingga berdampak terkoreksinya volume ekspor, termasuk ekspor nenas segar,” kata Suprehatin.
Sementara itu, harga ekspor nenas segar Indonesia ternyata tidak berpengaruh nyata terhadap pangsa pasar ekspor nenas segar Indonesia. Hal ini diduga bahwa di pasar nenas segar Internasional, para calon importir dapat memperoleh informasi mengenai harga dan kualitas nenas segar dari negara eksportir, sehingga akan mudah memutuskan untuk tidak membeli nenas segar dari suatu negara apabila terjadi kenaikan harga nenas segar.
Di akhir penelitiannya, Suprehatin menuturkan, dalam rangka peningkatan daya saing, kegiatan produksi nenas perlu ditingkatkan untuk orientasi ekspor. Dengan memperhatikan hal-hal, seperti kualitas, inovasi, keamanan pangan, penerapan dan pengembangan teknologi budidaya dan pasca panen.
“Hal ini harus didukung oleh berbagai pihak seperti instansi pemerintah, lembaga penelitian, perguruan tinggi, dan pihak swasta dengan memadukan kemampuan masing-masing sesuai kapasitasnya,” sarannya. (nm)