Seren Taun Awali Pembukaan Dies Natalis IPB 43
Upacara adat “seren taun” mengawali pembukaan Dies Natalis Institut Pertanian Bogor (IPB) ke-43, Jumat (1/9) kemarin. Tepat pukul 14.00 WIB, helaran upacara dimulai. Para pelaku helaran adalah masyarakat Sunda yang berasal dari Kampung Budaya Sindang Barang Desa Pasir Eurih Kabupaten Bogor.
Beragam seni dan adat Sunda ditampilkan pada dies bertema “Transformasi Pertanian Menuju Masyarakat Indonesia yang Sejahtera” ini. Antara lain Rengkong, Angklung Gubrag, Jampana Pare Ayah dan ambu, serta Calung dan Reog. Bunyi-bunyian pun dibunyikan mengiringi rombongan helaran yang mengenakan pakaian tradisional Sunda.
Sementara itu, mahasiswa dan masyarakat lingkar kampus menyaksikan helaran dari kanan-kiri jalan yang dilalui rombongan. Rektor beserta para Wakil Rektor, Ketua Dies dan para undangan yang berada di Balandongan menyambut mereka, sekaligus seren sumeren atau serah terima dari kokolot (sesepuh, red) rombongan helaran kepada Rektor IPB.
Dalam kesempatan tersebut Rektor bersama pimpinan IPB dan Ketua Dies diiringi rombongan helaran menuju leuit (lumbung) untuk memasukkan padi ke dalam leuit tersebut.
Tampak hadir dalam acara Seren Taun antara lain perwakilan Pemerintah Kabupaten dan Kota Bogor dan sejumlah Kepala Desa dari Desa lingkar kampus.
Ketua Dies Natalis IPB ke-43, drh.R.P. Agus Lelana, Sp.MP. M.Si., dalam laporannya menuturkan, kegiatan dies tahun ini bersifat terintegrasi dan dikelola secara langsung oleh rektorat. Dari 43 kegiatan yang diusung, jelasnya, diharapkan dapat berdampak pada sumbangsih IPB terhadap masyarakat luas.
Sementara itu, Kokolot Kampung Budaya Sindang Barang, Maki Kusumajaya mengharapkan IPB dapat belajar tentang budaya kearifan lokal masyarakat Sunda. Karena menurutnya, hal ini menjadi ciri khas masyarakat Sunda yang harus dilestarikan.
Pada bagian lain, Maki mengatakan kehadiran IPB sudah sepantasnya dapat dirasakan oleh masyarakat Bogor pada khususnya, dan umumnya masyarakat Indonesia. “Kami berharap kiranya IPB dapat mengembangbiakkan pohon paku jajar yang merupakan ciri khas masyarakat Sunda,” ujarnya.
Di tempat yang sama, Rektor IPB Prof.Dr.Ir. Ahmad Ansori Mattjik, M.Sc., mengatakan, IPB mencoba memadukan kearifan lokal dengan teknologi yang ada. Teknologi menurutnya, dapat dimanfaatkan guna kelestarian alam selama tidak disertai dengan keserakahan. (nm/man)