Dari Workshop Pendirian Kebun Benih Jarak Pagar Bersertifikat: Peneliti IPB Transfer Ilmu pada Masyarakat
Terbatasnya ketersediaan benih jarak pagar menjadi satu alasan digelarnya Workshop Pendirian Kebun Benih Jarak Pagar Bersertifikat. Kepala Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi (SBRC) Insitut Pertanian Bogor (IPB) Dr.Ir.Erliza Hambali mengemukakan hal itu pada Prohumasi, Selasa (1/8).
Ditemui di sela-sela workshop yang mengambil tempat di Kampus IPB Baranangsiang, Erliza mengatakan kegiatan ini diikuti oleh sekitar 25 orang peserta. “Mereka berasal dari berbagai kalangan, seperti pengusaha, bank, koperasi dan juga instansi pemerintah. Tidak hanya dari Indonesia, tetapi juga diikuti oleh peserta dari Malaysia,” ujar Erliza.
Selain terbatasnya benih jarak pagar, kata Erliza, juga dikarenakan mahalnya ongkos yang harus dibayar oleh pembeli jika membelinya di IPB. Karena itu, workshop ini lebih mengarah pada transfer ilmu dari para peneliti IPB pada masyarakat luas.
Dengan demikian, lanjutnya, ke depan diharapkan akan bermunculan UKM-UKM (usaha kecil menengah, red) di setiap daerah yang mengelola kebun benih jarak pagar. Sementara, posisi IPB adalah sebagai konsultan bagi para UKM tersebut.
Workshop yang dilaksanakan selama dua hari (1-2/8) menghadirkan Dr.Ir. Theresia Prawitasari dan Ir. Roy Hendroko pada hari pertama, masing-masing mengusung tema Pemasaran benih jarak pagar bersertifikat, dan Pengalaman mendapatkan kebun benih jarak pagar bersertifikat.
Sementara, pada hari kedua para pembicara yang hadir adalah Nicke Widyastuti dari VP Shared Services PT. Rekayasa Industri, dan Ir. Hasan Hambali. Materi workshop pada hari itu antara lain Pemanfaatan dana program kemitraan bina lingkungan BUMN untuk pembiayaan pendirian kebun benih jarak pagar bersertifikat. (nm)