Dari Forum Komunikasi Arsitektur Lanskap IPB: Tata Ruang Kota Seoul Korsel Terilhami Filosofi Fengshui

Dari Forum Komunikasi Arsitektur Lanskap IPB: Tata Ruang Kota Seoul Korsel Terilhami Filosofi Fengshui

Berita

Tata ruang Kota Seoul, Korea Selatan diilhami dari
filosofi fengshui Cina. Secara tradisional, filosofi
naturalistic yang dianut masyarakat negeri semenanjung
ini menjadi roh dalam penataan kota. “Keseimbangan
dalam mengelola alam secara harmonis ini didasarkan
pada pemahaman terhadap filosofi yin-yang, the five
elements of the universe dan fengshui yang berasal
dari Cina,”ungkap Staf Pengajar Departemen Arsitektur
Lanskap Fakultas Pertanian Institut Petanian Bogor
(IPB), Ir. Qodarian Pramukanto, MSi dalam acara Forum
Komunikasi Arsitektur Lanskap IPB Rabu (9/8) di Ruang
Sidang Atas Departemen Arsitektur Lanskap Kampus IPB
Darmaga.

Kota Seoul dikelilingi sabuk hijau (greenbelt)
pegunungan yang secara simbolis diikat formasi
fisiografis keempat penjuru angin. Pegunungan Pugaksan
di utara disimbolkan sebagai kura-kura hitam, yang
merupakan gunung utama pengendali tiga jajaran
pegunungan lainnya. Formasi Naksan, di sebelah timur,
sebagai symbol naga biru. Inwangsan (symbol harimau
barat) menepati formasi jajaran gunungdi bagian barat.
Sedangkan formasi Namsan-kwanaksan sebagai burung
phoenik merah yang berada di selatan kota. Kota Seoul
dialiri kali Cheonggyecheon dan sungai Hangang,
merupakan infrastruktur alam yang memperkuat formasi
fisiografis kota sebagai tapak ‘keberuntungan’.

Fengshui bagi masyarakat Korea tidak terbatas pada
penentuan tempat suitable dan penggunaannya untuk
keberuntungan saja namun lebih luas menyentuh aspek
etika lingkungan lainnya. ‘Fengshui berperan dalam
memelihara lingkungan dari perubahan yang merugikan,
seperti menebang pohon di puncak gunung, membabat
hutan di daerah tangkapan air (hulu sungai) serta
menggali sumur pada tempat tertentu,” ujar Qodarian.
Dengan prinsip tersebut, konservasi lingkungan alam
kota Seoul tetap terjaga hingga kini.

Melalui gambaran kota Seoul dan Fengshui, kita bisa
menggali dan memahami kembali filosofi-filosofi
naturalistic. “Berbagai bentuk kearifan lokal yang
berakar di masyarakat kita merupakan potensi yang
perlu dibangkitkan dan diterapkan dalam
praktek-praktek mengelola lingkungan yang harmonis
serta selaras alam,” imbuhnya.

Forum yang diselenggarakan tiap bulan sekali ini juga
menampilkan Dr. Ir Bambang Sulistyantara, MAgr yang
mempersentasikan ‘Thermal Comfort’ untuk tata ruang
mikro perumahan. (ris)