Kebun Raya Bogor dan Terjangan Angin

Kebun Raya Bogor dan Terjangan Angin

Berita

Kebun Raya Bogor (KRB) yang berada di pusat Kota Bogor senantiasa menjadi berita yang menarik untuk diperbincangkan. Sebagai tempat wisata yang nyaman, KRB juga merupakan laboratorium biologi yang banyak digemari oleh siswa sekolah maupun mahasiswa. Tak heran, jika setiap harinya apalagi di saat hari libur pengunjung dari berbagai daerah memenuhi KRB.

Beberapa pekan lalu, masyarakat Bogor dikagetkan (meski bukan yang pertama kali) dengan tumbangnya ratusan pohon koleksi KRB. Mengapa terjadi? Inilah penjelasan dari Direktur Biotrop, Dr. Handoko.

Kebun Raya Bogor merupakan taman raksasa atau hutan mini yang dikelilingi hutan beton berupa gedung, rumah dan jalan-jalan Kota Bogor. Iklim mikro yang diciptakan Kebun Raya merupakan kebalikan (inversi) dari fenomena heat island (pulau panas).

Pada pulau panas, suhu udara kota lebih tinggi dibandingkan sekelilingnya berupa lahan-lahan pertanian dan hutan yang merupakan daerah pedesaan. Akibatnya, suhu titik embun di atmosfer kota (heat island) menjadi jauh lebih tinggi dibandingkan di daerah pedesaan, sehingga hujan di kota makin berkurang.

Hal ini dapat diamati pada curah hujan pada banyak kota yang jauh menurun dibandingkan puluhan tahun yang lalu, karena pertambahan penduduk yang pesat telah mengkonversi lahan-lahan pertanian menjadi perumahan dan industri. Di samping itu, peningkatan jumlah kendaraan dan penggunaan AC makin meningkatkan suhu kota dan menambah intensitas heat island yang makin meningkatkan ketinggian (altitude) suhu titik embun di atmosfer sebagai salah satu syarat pembentukan awan dan hujan.

Yang menarik dari KRB adalah fenomena heat island tersebut menjadi terbalik posisinya. Suhu di atas KRB menjadi lebih rendah dibandingkan sekelilingnya, sehingga aliran energi panas (yang diakibatkan gradien suhu antara Kebun Raya dan sekelilingnya) akan terpusat menuju KRB.

Energi ini akan meningkatkan laju penguapan (evapotranspirasi) yang makin besar oleh pohon-pohon dalam Kebun Raya. Uap air tersebut akan dikondensasi menjadi butir-butir awan di atas Kebun Raya pada ketinggian yang relatif pendek karena suhu udaranya yang lebih rendah, sambil melepaskan kembali energi laten yang telah digunakan untuk menguapkan air oleh pepohonan di bawah.

Karena suplai energi dari sekeliling Kebun Raya demikian terkonsentrasi sambil pepohonan terus menguapkan air kemudian melepaskan energi kembali pada saat pembentukan awan, maka siklus energi demikian hebat sehingga udara dalam Kebun Raya menjadi sangat tidak stabil bersamaan dengan pergerakan udara lembab. Dampaknya, banyak pohon tidak mampu menahan terjangan angin akibat sirkulasi udara tersebut di Kebun Raya. (NM)