Steril Bak dan Jamur Box, Inovasi Baru Budidaya Jamur Tiram

Steril Bak dan Jamur Box, Inovasi Baru Budidaya Jamur Tiram

Berita

Budidaya jamur tiram memang cukup mengggiurkan. Proses produksinya mudah. Usaha ini memanfaatkan bahan baku limbah pertanian berupa serbuk gergaji dan ampas tebu yang harganya murah.

Prospek pasar yang terbuka luas baik dalam maupun luar negeri. Masyarakat di negara seperti Amerika, Eropa, dan Jepang konsumsi berbagai produk jamur-nya relative tinggi. Wajar, pembudidayaan jamur tiram secara komersial saat ini cenderung meningkat.

Proses budidaya jamur tiram pada umumnya meliputi beberapa tahapan yaitu persiapan, pengayakan, perendaman, pengukusan, pencmpuran, pengomposan, pembuatan media dan pengisian log, sterilisasi, pendinginan, inokulasi (pemberian bibit), inkubasi (spawning), penumbuhan (growing) dan pemeliharaan, pemanenan dan pasca panen.

” Berdasarkan pengalaman dan pengamatan praktisi jamur, tahapan sterilisasi, tahapan pertumbuhan dan pemeliharaan merupakan critical point dalam proses budidaya jamur. Artinya jika kedua tahapan tersebut dilalui dengan baik maka usaha jamur tiram akan relatif menguntungkan,” ujar Islamiarani, Tim mahasiswa IPB Peraih juara II Lomba Inovasi dan Kreasi Bidang Teknologi Bagi Mahasiswa yang diselenggarakan Departemen Hak Azasi Manusia (HAM) RI, Selasa (2/5) di Bogor. Judul penelitian salah satu tim IPB tersebut ’ Inovasi Baru Disain Alat Sterilisasi (SterilBak) dan Tempat Pertumbuhan Jamur (JamurBox) yang efesien untuk usaha Budidaya Jamur Tiram’.

Sterilisasi bertujuan menekan pertumbuhan mikroba seperti bakteri, kapang dan khamir dapat menghambat pertumbuhan jamur. Perlakuan ini dilakukan dengan berbagai cara dan kombinasi. Petani jamur umumnya menggunakan alat sterilisasi yakni drum atau mesin penghasil uap (outoclave).

Keduanya memiliki kelemahan dan keunggulan masing-masing. Drum modifikasi lebih murah dan aman dalam pengoperasian. Namun daya tampungnya sedikit dan waktu sterilisasinya lama. Drum modifikasi ini bekerja dalam waktu 80-90 derajat celsius selama 10 jam. Suhu capaian yang kurang optimum tersebut masih memungkinkan kontaminasi mikroba. Biaya pembuatan drum modifikasi sebesar Rp 300 ribu.

Sedangkan outoclave bekerja lebih cepat yakni 1 jam, menghasilkan suhu 121 derajat celsius dan daya tampungnya lebih besar. Sayangnya autoclave sangat mahal berkisar Rp 30-an juta .

Islamiarani (Mahasiswi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian IPB) bersama Azmi Asyidda Mushoffa ( Mahasiswa Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian IPB) dan Yudhi Sylvester Palinggi (Mahasiswa Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB) mengembangkan inovasi alat baru yang memadukan dua kelebihan alat tersebut. ”Alat tersebut kami namai SterilBak. Keuntungan SterilBak ialah biaya investasi lebih murah, sebesar Rp 7 juta. Berdaya kerja optimal dan daya tampung yang lebih besar seperti Autoclave,” kata Islamarani.

SterilBak mampu menampung 1000 baglog (tempat pertumbuhan jamur) atau drum sebanyak 10 unit. SterilBak tersusun dari tembok semen dengan ukuran 2 x 2 x 1 meter,tutup ruangan berbahan fiber, rak dari kayu, perangkat pressure gaurge, regulator uap air, boiler dan pipa besi . Tembok SterilBak dihubungkan dengan boiler yang akan menyalurkan uap panas.

Selain SterilBak, penemuan baru Islamiarani dkk, adalah teknologi Jamurbox yang menggantikan fungsi baglog. Keuntungan JamurBox ialah waktu panen jamur tiram yang lebih cepat, ramah lingkungan, aman dari kontaminan, dan dapat menghemat media jamur tiram. JamurBox terbuat dari plastik poliprofilen. Berbentuk persegi panjang yang disekat menjadi enam kotak kecil dengan ketinggian masing-masing media tanam sama. Ke-enam JamurBox tersebut ditutup dengan poliprofilen juga. Ditegah tutup tersebut dibaut lubang a sebagai tempat penyuntikan benih jamur. Banyaknya media tanam seluruh kotak kecil pada JamurBox sama dengan jumlah media pada satu baglog.

Menurut Putri dari Bapak Cikman Syafe’i ini, setiap kali pemanenan jamur tiram pada baglog, media dibuang bagian atasnya kemudian di suntik lagi dengan bibit jamur. Demikian seterusnya, sehingga produktivitas masing-masing bagian di baglog tadi memungkinkan berbeda Plastik baglog setelah beberapa kali panen (1-6 kali), akan dibuang dan menjadi tumpukan limbah. Hal ini akan merusak keseimbangan lingkungan.

” Secara teknis penggunaan JamurBox dengan plastik lebih baik karena tahan lama dalam pemakaiannya (diatas 3 tahun).bisa dipakai berulangkali selama tiga tahun,” kata Perempuan kelahiran 12 Oktober 1984. Berdasarkan analisis parsial perubahan penggunaan teknologi dari plastik menjadi JamurBox, maka keuntungan tambahan yang akan diperoleh petani jamur tiram sebesar Rp 14.383.300 atau peningkatan keuntungan 369,66 persen dengan kapasitas industri yang sama. (Aris Solikhah)