Model Sentra Energi Biomasssa, Kurangi Sampah Kota Hingga 72,33 Persen

Model Sentra Energi Biomasssa, Kurangi Sampah Kota Hingga 72,33 Persen

Berita

Baru-baru ini mahasiswa Mahasiswa S3 Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor (IPB), Achmad Sjamsu Anwar telah berhasil meneliti Model Sentra Energi Berbasis Biomassa di Kawasan Bogor, DKI Jakarta dan Purwakarta yang bisa menjadi solusi penanganan sampah kota.

”Model sentra energi berbasis biomassa dapat memberikan perlindungan lingkungan dalam bentuk proporsi reduksi (pengurangan) 28,54 persen hingga 72,33 persen sampah harian yang dipergunakan oleh sentra energi,” ungkap Achmad ketika presentasi disertasinya dihadapan komisi penguji yang terdiri dari Prof Sri Saeni, Prof Hasyim Bintoro Djoefrie, Prof Koeswardhono Mudikdjo Rabu (12/4) di Rektorat Kampus IPB Darmaga.

Model sentra energi berbasis biomassa juga mempunyai kelayakan usaha yang baik, mencakup aspek penyediaan bahan baku, penguasaan teknologi, dan finansial. Oleh karena itu model ini bisa diwujudkan pada suatu kawasan yang tidak terlalu luas. Misalnya, setingkat kecamatan atau setingkat desa di pulau Jawa

Biomassa ini merupakan gas bio yang dihasilkan dari proses fermentasi anaerobik bahan organik yang terdiri dari tujuh macam. Tiga jenis bahan organik tunggal dan empat jenis bahan orgnaik campuran. Bahan organik tunggal adalah sampah kota, angsana (Pterocarpus indicus Wild) segar, rumput gajah dan (Penisitum purpureum K.Schum) segar.

Bahan organik campuran terdiri dari empat macam komposisi campuran ketiga bahan organik tunggal. Empat macam komposisi campuran itu yakni 1). Campuran sepertiga masing-masing bahan tunggal (A), 2) campuran masing-masing bahan tunggal dan proporsi sampah setengah total seluruhnya (B), 3) komposisi dengan rumput dominan sebesar setengah bagian dan kedua bahan jenis lainnya masing-masing seperempat bagian (C), dan 4) komposisi dengan daun-ranting dominan sebesar setengah bagian dan kedua jenis bahan organik lain masing-masing seperempat bagian (D).

Percobaan tujuh komposisi tersebut dilakukan tiga kali ulangan dengan total berat kering masing-masing 4,97 kg.

Dari penelitian 13 bulan, sejak Agustus 2004 sampai Agustus 2005 ini ditemukan produksi gas bio berlangsung dalam waktu fermentasi 49 hari sampai 55 hari. Waktu fermentasi tercepat untuk bahan rumput gajah yang berlangsung selama 49 hari dan waktu terlama untuk bahan sampah dengan waktu rata-rata 55 hari. ”Perbedaan waktu fermentasi terjadi selain pengaruh jenis bahan juga karena adanya perbedaan luas permukaan bahan. Rumput gajah memiliki luas permukaan bahan yang lebih besar dibanding sampah,” kata Staf Pengajar di Universitas Jayabaya ini.

Rata-rata hasil produksi gas bio pada masing-masing berat kering 4,97 kg untuk bahan tunggal sampah 1075,9 liter, rumput gajah segar 1533,0 liter, daun angsana segar 1726,0 liter. Produksi gas bio yang sama pada bahan campuran, untuk bahan A seberat 1485,9 liter, bahan B seberat 1343, 6 liter, bahan C seberat 1520,4 liter dan bahan D seberat 1569,9 liter. (ris)